Harimau Sumatra Kembali Muncul di Lebong, BKSDA dan TNKS Lakukan Investigasi
Harimau: BKSDA saat menelusuri jejak kemunculan Harimau Sumatera.-(ist/rl)-
LEBONG.RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Konflik antara manusia dan satwa liar kembali mencuat di Kabupaten Lebong, Bengkulu, setelah seekor harimau Sumatra kembali menampakkan diri dan memangsa satu ekor kambing milik warga.
Insiden ini terjadi di Desa Tunggang, Kecamatan Lebong Utara, dan memicu kecemasan masyarakat setempat karena lokasi kemunculan berada tidak jauh dari permukiman.
Peristiwa tersebut diketahui warga pada pagi hari ketika pemilik kandang menemukan salah satu kambingnya hilang dan kandang dalam kondisi rusak.
Tidak butuh waktu lama bagi warga untuk mencurigai keberadaan harimau setelah melihat jejak kaki besar di sekitar area kandang.
Kemunculan ini menambah panjang daftar konflik antara harimau dan warga setelah beberapa waktu lalu satwa dilindungi tersebut terlihat di Kecamatan Pinang Belapis.
Baca Juga: Gedung Manasik Haji Masih Proses Pembangunan
Mendapat laporan masyarakat, tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu dan Resort Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Wilayah 6 Lebong segera turun ke lokasi untuk melakukan pemeriksaan.
Mereka melakukan identifikasi melalui jejak tapak serta sisa tulang belulang kambing yang ditemukan di sekitar semak tak jauh dari kandang.
Dari hasil pemeriksaan lapangan, tim memastikan bahwa kambing tersebut memang dimangsa oleh harimau Sumatra.
Kepala Resort Balai Besar TNKS Wilayah 6 Lebong, Pestudoben, mengatakan bahwa hasil identifikasi di lapangan menunjukkan indikasi kuat bahwa serangan berasal dari harimau Sumatra.
"Dari bekas tapak kaki dan sisa tulang kambing yang sudah habis dimakan, kami memastikan itu serangan harimau. Namun, kami belum bisa menyimpulkan apakah ini harimau yang sama dengan yang sebelumnya muncul di Pinang Belapis," ujarnya.
Pestudoben menjelaskan bahwa hingga kini pihaknya belum mengambil tindakan pengusiran ataupun pelacakan intensif terhadap harimau tersebut.
Menurutnya, langkah itu hanya dilakukan apabila konflik terus berulang dan mengancam keselamatan masyarakat.
"Saat ini kami masih memantau dan menunggu perkembangan. Jika muncul lagi konflik dan ada potensi membahayakan warga, baru kami akan melakukan tindakan lebih lanjut," tambahnya.