KADIN Sebut Gas Jadi Kunci Keberlanjutan Pembangunan
Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aryo Djojohadikusumo dalam Energy Insights Forum bertajuk Gas Outlook 2026: Powering Energy Resilience with Strong Governance, di Grha Bimasena, Jakarta Kamis (4/12). -FOTO: dok Katadata-
Ia mengimbuhkan, meskipun secara nasional terlihat potensi oversupply dari project baru, realitas infrastruktur dan alokasi ekspor membuat pasokan domestik tetap ketat.
“Ada hal-hal yang harus dikolaborasikan, dari kebijakan sampai kesiapan infra,” katanya.
Pembahasan mengenai prospek pasokan juga diperkaya paparan Partner EY-Parthenon EY Indonesia Eric Listyosuputro.
Menurutnya, tren global sebenarnya memberikan kombinasi peluang dan tantangan bagi Indonesia. Ia menjelaskan secara global, suplai gas akan berkembang lebih cepat dibanding permintaan, dengan pertumbuhan suplai mencapai 7 persen per tahun yang sebagian besar berasal dari Amerika Serikat, Kanada, dan Qatar.
Sementara itu, permintaan tumbuh sekitar 2 persen per tahun, dan Asia termasuk Indonesia menjadi kawasan dengan pertumbuhan tertinggi.
“Gas ini bukan hanya transisi tetapi transisi jangka panjang,” ujarnya merujuk kepada peran gas dalam menurunkan emisi industri berat hingga 40–60 persen dibandingkan dengan batu bara.
Di sisi hilir, Direktur Manajemen Risiko Perusahaan Gas Negara (PGN) Eri Surya Kelana menjelaskan, infrastruktur gas tidak hanya mahal tetapi juga berumur sangat panjang hingga puluhan tahun.
Perubahan model bisnis di tengah jalan bisa memicu indikasi impairment dan berujung pada risiko hukum bagi BUMN.
PGN juga harus menghadapi tantangan harga liquefied natural gas (LNG) yang mahal bagi pelanggan domestik.
Perseroan mencoba skema blended energy agar harga gas lebih terjangkau, sembari mengantisipasi porsi LNG yang tahun depan bisa mencapai hampir 20 persen dari portofolio pasokan. (jp)