Rahasia Sehat Imam Abu Suja’ dan Tetap Berkarya hingga Usia 160 Tahun

Imam Abu Syuja’ dikatakan hidup sangat Panjang hinga mencapai 160 tahun, tidak pikun tidak sakit dan tetap berkarya hingga menulis kitab-kitab fikih –termasuk Matan al-Ghayah wa al-Taqrîb– rujukan banyak orang hingga kini.-Foto: net-

RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - IMAM ABU SUJA’ (Ahmad bin Husain bin Ahmad al-Ashfahani al-Syâfi‘î), ulama besar dari Mazhab Syâfi‘i, yang dikenal dengan karya monumental-nya Matan al-Ghayah wa al-Taqrîb. Beliau memiliki usia Panjang ratusan tahun dan kisah hidup, amal beliau menyimpan pelajaran berharga bagi kita.

Dilahirkan di Basrah pada tahun 433 H (1042 M) dan dikenal sebagai ahli fikih Mazhab Syâfi‘i yang mendalam, serta sebagai qâdhî dan ulama yang zuhud, beliau mengkodifikasi fikih ringkas namun padat manfaat, dan hingga kini tetap digunakan di banyak pesantren sebagai rujukan dasar.

Yang sangat menarik dan banyak dikisahkan adalah bahwa Imam Abu Syuja’ dikatakan hidup sangat panjang—ada riwayat yang menyebut usia beliau mencapai hingga  160 tahun. Bahkan disebut bahwa pada usia senjanya pun tidak ada anggota tubuhnya yang mengalami kerusakan.

Lahir 433 H, dan tahun 488 H beliau mengasingkan diri sehingga banyak orang mengira beliau telah meninggal. Ada yang menyatakan beliau lahir dalam tahun 328H dan wafat pada tahun 488H. Tapi pendapat lain menyatakan beliau lahir tahun 433H dan wafat tahun 593H.

Berbeda dengan usia rata-rata manusia yang pikun atau memiliki kekurangan fisik di usia senja. Beliau sehat bahkan tidak hanya menulis kitab, tetapi hidup dengan keikhlasan, keadilan, dan pengabdian.  

Kepemimpinan beliau sangat menonjol hingga diangkat menjadi seorang qadhi (hakim) dan akhirnya menduduki jabatan wazir (menteri). Namun, kedudukan dan pangkat sedikit pun tidak memengaruhi kesalehan, sikap wara‘, dan kezuhudan beliau. Bahkan, beliau dikenal di seluruh pelosok negeri sebagai seorang imam yang saleh lagi berilmu.

Ketika menjabat sebagai wazir, beliau menugaskan sepuluh orang pembantu untuk membagi dan menyalurkan sedekah serta hadiah, di mana masing-masing diberi 120.000 dinar untuk dibagikan kepada fakir miskin, para penuntut ilmu, ulama, dan siapa pun yang membutuhkan. Sementara itu, beliau sendiri tetap hidup sederhana dan zuhud, jauh dari kemewahan dunia yang fana ini.

Di akhir hayat memilih hidup zuhud—menyapu Masjid Nabawi, menghamparkan tikar, hingga menyalakan lampu sebuah amal nyata dan kerendahan hati.

Umur panjang beliau bukan hanya hadiah biologis, tetapi buah dari konsistensi menjaga diri dari maksiat dan memperbanyak amal.

Kitab Taqrîb yang beliau tulis—meski relatif ringkas—menjadi rujukan utama para pelajar fikih Mazhab Syâfi‘i selama berabad-abad.    Imam Abu Syuja’ menegaskan bahwa rahasia panjang usia dan kesehatan anggota tubuhnya adalah karena ia menjaga semua anggota tubuhnya dari maksiat sejak muda.

Dalam salah satu riwayat disebut oleh Syaikh Sulaiman Bin Muhammad Bin Umar As Syafi’i atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Al Bujairami.ِ

“Faidah: Ad Diri berkata, ”Qadhi Abu Syuja hidup hingga 160 tahun dan tidak ada satupun anggota tubuhnya yang rusak. Kemudian beliau ditanya perihal keadaan beliau tersebut. Kemudian belaiu menjawab aku tidak pernah bermaksiat kepada Allah dengan anggota tubuhku. Sehingga ketika aku menjaga anggota tubuhku dari bermaksiat kepada Allah. Dia menjagaku hingga masa tuaku.” (dalam Hasiyah Bujairami Ala Khatib juz 1 halaman 16). (net)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan