Cahaya Adharta
Catatan Dahlan Iskan -foto :disway.id-
Maria dan Kelvin dikaruniai seorang putra mungil bernama Sandy, bayi dengan mata bulat seperti ayahnya dan senyum lembut seperti ibunya.
Hidup mereka terasa sempurna. Setiap sore, Maria menunggu di balkon sambil memeluk Sandy, menantikan Kelvin pulang dengan seragam militernya yang berdebu.
Namun takdir sering kali tidak memilih waktu yang baik untuk memberi ujian.
Suatu pagi, telepon berdering.
Suara di seberang terdengar berat dan kaku.
"Maaf, Nyonya Kelvin...
suami Anda mengalami kecelakaan saat bertugas.
Ia tidak selamat.”
Dunia Maria runtuh dalam sekejap.
Suara di sekelilingnyi lenyap.
Ia jatuh berlutut, memeluk telepon yang dingin, seakan dari sana ia bisa menarik kembali suara suaminyi.
Malam itu, salju turun tipis di luar jendela, putih dan senyap, seperti menutupi semua warna kehidupannyi.
Hari-hari setelah itu berubah menjadi kabut.
Maria berhenti bicara.
Ia datang ke makam Kelvin setiap hari, duduk diam di bangku batu, membaca ulang surat-surat cinta lama.