Harga Beras Melonjak, Tembus Rp 230 Ribu

Berakhirnya musim panen padi pertama (MT1) di Kabupaten Lebong membawa dampak langsung terhadap lonjakan harga bahan pangan pokok, khususnya gabah dan beras.-foto :adrian roseple/radarlebong-
LEBONG.RADARLEBONG.BACAKORAN.CO – Berakhirnya musim panen padi pertama (MT1) di Kabupaten Lebong membawa dampak langsung terhadap lonjakan harga bahan pangan pokok, khususnya gabah dan beras.
Sejak pertengahan Juli 2025, harga beras mulai merangkak naik dan diperkirakan akan terus meningkat hingga musim panen berikutnya yang dijadwalkan pada Desember mendatang.
Kenaikan harga ini menjadi perhatian serius masyarakat, terutama para konsumen rumah tangga yang mulai merasa terbebani secara ekonomi. Harga beras yang sebelumnya berkisar Rp 180 ribu hingga Rp 200 ribu per kaleng, kini melonjak hingga Rp 225 ribu bahkan mencapai Rp 230 ribu per kaleng di tingkat pengecer.
Tak hanya beras, harga gabah juga ikut terdongkrak. Jika sebelumnya harga gabah masih di kisaran Rp 5.000–Rp 6.000 per kilogram, kini naik signifikan menjadi sekitar Rp 7.300 per kilogram. Dalam satu karung berisi 48 kilogram, harga gabah kini mencapai Rp 350 ribu, naik drastis dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
BACA JUGA:Kabar Baik! SK PPPK Lebong Dibagikan Oktober Mendatang
Sudaryono (45), seorang pengepul gabah dan pedagang beras di Lebong, mengungkapkan bahwa lonjakan harga disebabkan oleh minimnya stok gabah di gudang.
“Saat ini gudang kami sudah kosong. Tidak ada lagi petani yang menjual gabah karena sebagian besar sudah disimpan untuk kebutuhan rumah tangga atau memang sudah habis,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa untuk jenis beras padi batet, harga oporan (pembelian dalam jumlah besar) berada di kisaran Rp 210 ribu hingga Rp 220 ribu per kaleng. Sementara itu, harga eceran menyentuh angka Rp 225 ribu hingga Rp 230 ribu per kaleng, atau setara dengan Rp 13.750 per kilogram.
“Kemungkinan besar harga akan terus naik secara bertahap sampai musim panen berikutnya. Pasokan makin menipis sementara permintaan tetap tinggi,” lanjutnya.
Kondisi ini menimbulkan keluhan dari masyarakat, terutama keluarga dengan pendapatan rendah yang sangat merasakan beban pengeluaran rumah tangga akibat melonjaknya harga beras.
Sudaryono berharap pemerintah daerah melalui dinas terkait dapat segera mengambil langkah-langkah strategis. Antisipasi seperti penyediaan stok beras cadangan pemerintah (CBP) dan pengaturan distribusi diharapkan dapat meredam lonjakan harga.
“Kondisi ini harus jadi perhatian serius dalam perencanaan ketahanan pangan jangka menengah dan panjang. Beras adalah kebutuhan pokok utama masyarakat Lebong, sehingga harus ada kebijakan yang jelas dan berpihak kepada rakyat kecil,” tegasnya.