Jejak Kepanduan Al-Irsyad: Dari Padviderij, Surkati, hingga Pramuka Indonesia

Foto pengurus Besar Pandu Al-Irsyad yang dipimpin oleh AK Banaimun.-foto: net-

Dalam kapasitasnya sebagai tokoh militer dengan pangkat Letnan Kolonel, Yunus Anis juga menunjukkan bahwa jalan pengabdian kepada bangsa bisa ditempuh lewat berbagai jalur—pendidikan, kepanduan, maupun pertahanan.

Ia menjadi jembatan antara dunia dakwah, dunia pendidikan, dan dunia perjuangan fisik demi tegaknya kemerdekaan dan keutuhan bangsa Indonesia.

Warisan yang Dihidupkan Kembali

Meski Padviderij Al-Irsyad secara kelembagaan telah melebur dalam Pramuka Indonesia pada 1961, semangat kepanduan khas Al-Irsyad tidak pernah benar-benar padam.

Pasca reformasi sistem pendidikan nasional di era 2000-an, banyak sekolah Al-Irsyad di berbagai daerah mulai menggali kembali warisan ini.

Mereka menyadari bahwa pendidikan karakter yang menyatu dengan nilai-nilai Islam dan semangat kebangsaan harus ditanamkan sejak dini melalui aktivitas kepanduan.

Salah satu contoh yang menonjol adalah Al-Irsyad cabang Pemalang, yang berhasil menghidupkan kembali semangat kepanduan secara intensif dan menyeluruh.

Di bawah inisiatif dan dedikasi Saudara Mansyur Alkatiri, kegiatan Pramuka di sekolah ini tak hanya menjadi rutinitas mingguan, tetapi berkembang menjadi ajang pembinaan karakter Islami, disiplin, dan cinta tanah air.

Melalui perkemahan, pelatihan kepemimpinan, dan aksi sosial, para siswa dilatih menjadi pemuda tangguh yang siap menghadapi tantangan zaman—tanpa tercerabut dari akar tradisi dan nilai perjuangan.

Dengan semangat itu, kepanduan Al-Irsyad hari ini bukan sekadar napak tilas sejarah, tetapi kelanjutan hidup dari cita-cita luhur Syeikh Surkati, Kasman Singodimedjo, dan A.K. Banaimun.

Sebuah warisan yang terus menyala dalam langkah para generasi muda Al-Irsyad—dari masa ke masa.

Hari ini, dari Batavia ke Bogor, dari masa penjajahan ke masa kemerdekaan, dari nama Padviderij ke seragam Pramuka, semangat kepanduan Al-Irsyad tetap menyala.

Ia adalah warisan yang hidup. Sebuah nyala yang diwariskan dari generasi ke generasi—nyala yang menuntun anak bangsa untuk terus melangkah, dengan iman di dada dan tanah air di jiwa. (net)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan