Beginilah Kasih Sayang Rasulullah Muhammad terhadap Hewan

Syeikh Usamah Sayyid Al Azhari membiarkan kucing duduk di mejanya saat sedang mengajar.-Foto: net-

RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - KASIH sayang Baginda Nabi Muhammad ﷺ tercurahkan terhadap semua makhluk hidup, baik tumbuh-tubuhan dan hewan. Sikap ini adalah salah satu aspek yang menunjukkan betapa luasnya dimensi kecerdasan emosional beliau.

Sejarah mencatat banyak kisah yang menggambarkan betapa besar cinta dan kepedulian Nabi terhadap hewan. Salah satu hadits yang terkenal adalah tentang seorang wanita yang masuk neraka karena menyiksa kucing dan seorang pelacur yang masuk surga karena memberi minum anjing yang kehausan.

Dalam buku “‘Azhamah al-Fithnah fii Nubuwwati Muhammad” karya (2005: 139-142) karya Muhammad Fethullah Gulen yang diterjemah ke bahasa Arab oleh Orkhan Mohammad ‘Ali, terdapat banyak kisah serupa yang menekankan aspek kasih sayang Nabi Muhammad ﷺ terhadap hewan.

Salah satu kisah menarik yang diceritakan dalam buku tersebut adalah ketika Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat sedang dalam perjalanan.  Mereka melihat seekor burung kecil dengan dua anaknya.

Baca Juga: Pakai Motor Listrik, Driver Ojol Lebih Hemat dan Ramah Lingkungan

Ketika para sahabat mengambil anak-anak burung tersebut, induk burung mulai berkicau dengan cemas.

Baginda Nabi ﷺ, yang melihat kejadian ini, segera meminta para sahabatnya untuk mengembalikan anak-anak burung itu kepada induknya, dengan berkata, “Siapa yang telah membuat burung ini sedih dengan mengambil anak-anaknya? Kembalikan anak-anaknya kepadanya.” (Hadis riwayat Abu Dawud).

Kisah ini menunjukkan betapa Nabi Muhammad ﷺ sangat peduli terhadap perasaan hewan, bahkan terhadap burung kecil sekalipun.

Fethullah Gulen juga mengingatkan kejadian pada masa lalu melalui sabda Nabi Muhammad ﷺ. Beliau mencatat: “Kasih sayangnya bahkan mencakup hewan-hewan kecil sekalipun. Ingatkah kita bagaimana Allah SWT pernah menegur salah satu nabi-Nya di masa lalu karena telah membakar sarang semut? Sang Nabi, baik dengan sengaja maupun tidak sengaja, telah membakar sarang tersebut, dan Allah SWT langsung menegurnya. (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).

Kisah ini, yang diceritakan oleh Nabi kita, bersama dengan kisah-kisah lainnya yang serupa, menunjukkan betapa pentingnya kasih sayang. Ada di antara umatnya yang, ketika dipuji, dikatakan tentang mereka: ‘Dia bahkan tidak menyakiti seekor semut.’ Orang-orang ini bahkan menggantungkan lonceng kecil pada kaki mereka agar serangga menjauh saat mendengar suara lonceng tersebut dan tidak terinjak oleh kaki mereka.”

Terhadap dimensi kecerdasan Nabi Muhammad dalam memperlakukan hewan, Fethullah Gulen sampai menulis;

“Ya Tuhan, betapa mendalam dan menyeluruh kasih sayang ini, dan betapa luar biasanya contoh rahmat ini! Bahkan semut pun tidak luput dari lingkaran kasih sayangnya dan tidak dikecualikan darinya. Dan apakah mungkin bagi seseorang yang menghindari menyakiti seekor semut untuk melakukan kezaliman terhadap manusia lain? Tidak, dia tidak akan bisa melakukan hal itu dengan sengaja dan dengan sadar.” (Azhamah al-Fithnah fii Nubuwwati Muhammad, Muhammad Fethullah Gulen,  diterjemah ke bahasa Arab oleh Orkhan Mohammad 'Ali, 2005: 139-142).

Kisah lain yang diangkat dalam buku ini adalah tentang Nabi Muhammad ﷺ yang mencegah para sahabatnya membunuh seekor ular yang keluar dari celah batu.

Saat itu beliau mengatakan, “Allah telah melindunginya dari keburukan kalian dan melindungi kalian dari keburukannya” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).

Nabi melihat bahwa setiap makhluk, termasuk ular, memiliki peran dalam keseimbangan ekosistem. Beliau memahami bahwa tindakan membunuh tanpa alasan yang jelas dapat merusak keseimbangan ini.

Terkait kisah ini, Fethullah Gulen memberi catatan menarik, “Nabi kita melihat dalam apa yang dilakukan oleh para sahabat itu sebagai sesuatu yang buruk, dan meskipun yang dibunuh adalah seekor ular, ular itu pun memiliki tempat dalam sistem dunia ini. Setiap pembunuhan yang tidak perlu akan merusak keseimbangan ekologis, dan mengakibatkan kerugian yang tidak bisa diperbaiki. Kenyataannya, memerangi serangga atas nama pertanian dan pelestariannya adalah kejahatan terhadap keseimbangan ekologis. Anehnya, kejahatan-kejahatan ini dilakukan hari ini atas nama ilmu pengetahuan.”

Unta mengeluh pada Nabi

Suatu hari untuk suatu tujuan Rasulullah keluar rumah dengan menunggangi untanya. Abdullah bin Ja’far ikut membonceng di belakang. Ketika mereka sampai di pagar salah salah seorang kalangan Anshar, tiba-tiba terdengar lenguhan seekor unta.

Unta itu menjulurkan lehernya ke arah Rasulullah saw. Ia merintih. Air matanya jatuh berderai. Rasulullah saw. mendatanginya. Beliau mengusap belakang telinga unta itu. Unta itu pun tenang dan diam.

Kemudian dengan wajah penuh kemarahan, Rasulullah ﷺ bertanya, “Siapakah pemilik unta ini, siapakah pemilik unta ini?” Pemiliknya pun bergegas datang.

Ternyata, ia seorang pemuda Anshar. “Itu adalah milikku, ya Rasulullah,” katanya.

Rasulullah ﷺ berkata, “Tidakkah engkau takut kepada Allah karena unta yang Allah peruntukkan kepadamu ini? Ketahuilah, ia telah mengadukan nasibnya kepadaku, bahwa engkau membuatnya kelaparan dan kelelahan.”

Teguran Baginda Nabi ini agar pemilik unta memperlakukan unta tersebut dengan baik.

Terkait kisah unta ini, Fethullah Gulen memberikan catatan penting, “Kasih sayang Rasulullah ﷺ melampaui jauh dari apa yang disebut sebagai ‘pendukung kemanusiaan (humanism)’ saat ini.

Namun, beliau berhasil menjaga kasih sayangnya yang luas ini dari sikap berlebihan dan dari kekurangan, berkat kecerdasan besar beliau.”

Kasih sayang Nabi Muhammad ﷺ tidak terbatas pada hewan liar saja, tetapi juga pada hewan ternak yang biasa digunakan manusia. Beliau pernah menegur seseorang yang menajamkan pisau di depan seekor kambing yang hendak disembelih, dengan berkata, “Mengapa tidak kamu tajamkan pisaumu sebelum meletakkannya?.” (Hadis riwayat Al-Haitsami).

Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ peduli pada kesejahteraan hewan sampai pada detail terkecil sekalipun, termasuk bagaimana hewan tersebut diperlakukan dengan baik sebelum disembelih.

Dalam pandangan Nabi Muhammad ﷺ, semua makhluk hidup layak mendapatkan perlakuan yang adil dan kasih sayang. Kasih satang dan kecerdasan beliau tercermin dalam bagaimana beliau mengajarkan umatnya untuk memperlakukan hewan dengan baik.

Kasih sayang yang beliau tunjukkan menjadi teladan yang abadi bagi umat manusia, menekankan bahwa dalam Islam, setiap makhluk hidup memiliki hak untuk diperlakukan dengan baik dan penuh kasih.

Buku karya Muhammad Fethullah Gulen ini memperkuat pemahaman kita tentang dimensi kecerdasan kasih sayang Nabi Muhammad ﷺ yang melampaui batas-batas kemanusiaan, mencakup seluruh alam semesta, termasuk hewan-hewan kecil sekalipun.

Bila hewan saja begitu beliau sayangi, apalagi dengan yang lainnya? Mahabenar Allah yang telah berfirman: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya [21]: 107)

Demikian juga firman-Nya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam [68]: 4). (net)

Tag
Share