Kawin Thinking

catatan dahlan iskan kawin thinking-foto :disway.id-

Oleh: Dahlan Iskan

Siapa antagonis. Siapa protagonis.

Itulah pertanyaan untuk anak SMP setelah mereka mendapat pelajaran membaca buku cerita.

Bisa jadi antar siswa di satu kelas punya pendapat tidak sama. Buku ceritanya memang sengaja menampilkan cerita yang bisa ditafsirkan berbeda.

Guru SMP kemudian memancing siswa untuk saling memperdebatkan posisi tokoh dalam cerita itu.

BACA JUGA:Dangkal Dalam

"Guru tidak harus buru-buru memberikan kesimpulan siapa yang benar," ujar Chris Mohn, mantan guru di pedalaman Kansas di Amerika Serikat. "Bahkan kalau perlu tidak usah memberikan keputusan," tambahnyi.

Pelajaran critical thinking dimulai saat guru sudah waktunya bertanya: mengapa begitu. Juga mengapa seperti itu. ''Mengapa'' adalah kuncinya.

Dari ''mengapa'' itu akan muncul jawaban yang berbeda-beda. Juga muncul perspektif yang berbeda. Guru harus pandai memancing murid untuk berani mengemukakan pendapat yang berbeda.

Bahkan kalau pendapat itu cenderung sama guru harus bisa memancing munculnya pendapat yang sama tapi dari perspektif lain.

BACA JUGA:Titik Pulang

Pagi itu saya makan oatmeal. Saya bikin sendiri. Tiga sendok oatmeal saya masukkan tepak. Lalu saya tuangi susu satu gelas besar. Saya masukkan microwave. Tiga menit.

Oatmeal-nya masih berenang-renang di susu. Ketika saya sendok lebih banyak susunya dari oatmeal-nya. Masih panas. Enak. Segar. Itulah sarapan saya.

Chris dan John Mohn duduk di seberang meja. Minum kopi. Hanya kopi. Chris yang bikin kopi di mesin kopi. Kopi Gayo, Aceh.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan