Khutbah Jumat: Menyambut Hari Kemerdekaan

--

RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Ayyuhal Muslimun, Untaian terindah yang layak kita persembahkan, di hari yang penuh berkah ini, adalah lantunan pujian dan syukur yang tulus atas segala ragam nikmat yang telah Allah curahkan kepada kita semua. Sehingga, hari ini, baru saja, bangsa Indonesia, memperingati hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang ke 79 tahun. Maka, hendaknya kita selalu bersyukur atas nikmat kemerdekaan ini.

Kenapa? Karena mensyukuri nikmat adalah gerbang memperoleh nikmat yang lainnya, sedangkan mengkufurinya berarti merangsang datangnya murka Allah SWT. Sebagian ulama mengatakan:

اسْتَعْمَالَ النِّعْمَةُ فِي الطَّاعَةِ لِزِيَادَةِ النِّعْمَةِ

Artinya: Memfungsikan nikmat pada ranah ketaatan akan menambah nikmat itu sendiri.

Salawat nan taslim, semoga tercurah keharibaan, kekasih kita, Nabi Muhammad SAW, sang proklamator sejati, yang telah sukses memerdekakan manusia dari belenggu hawa nafsu dan dari belenggu akhlak yang tidak terpuji.

Ayyuhal muslim,

Marilah kita tancapkan dan kokohkan akar keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt. Takwa dalam dimensi, mematuhi, menjalankan semua titah dan perintah Allah serta meninggalkan segala bentuk laranganNya. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengatakan: "Ketahuilah, sesungguhnya seorang hamba hanyalah mampu melalui tahapan-tahapan perjalanan menuju ridha Allah SWT, dengan hati dan keinginan yang kuat. Bukan cuma sekedar dengan perbuatan anggota badannya. Dan takwa yang hakiki adalah takwa yang bersumber dari dalam hati, bukan pada anggota badan."

Allah SWT berfirman,

ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى ٱلْقُلُوبِ

Artinya: "Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati." (QS Hajj 32)

Ayyuhal muslimun,

Tidak disangka, kemerdekaan Republik Indonesia telah berumur 79 tahun. Dipandang dari sudut usia, tentu ini bukan usia yang muda lagi. Akan tetapi, ironis dan menyedihkan sekali, kemerdekaan yang telah diraih dengan keringat, darah dan bahkan nyawa ini, hari ini hanyalah dikenang saja, bukan untuk disyukuri oleh mayoritas generasi muda bangsa.

Realitas yang kita saksikan hari ini adalah tidak sedikit generasi muda bangsa, yang memaknai kemerdekaan hanya sebatas penciptaan suasana ramai, meriah dan gebyar serta hura-hura, lalu kemudian melupakan semangat juang yang terkandung di dalam peringatan kemerdekaan tersebut. Oleh karena itu, hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79 ini, menarik dan layak untuk kita renungkan secara bersama.

Ayyuhal muslimun,

Harus kita sadari bahwa kemerdekaan tidak mungkin diraih tanpa adanya kemenangan, kemenangan mustahil didapat tanpa adanya perjuangan, perjuangan tidak akan berarti tanpa adanya kebersamaan dan persaudaraan, persaudaraan tidak mungkin tercapai tanpa adanya ketulusan. Allah SWT berfirman:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS Al 'Ankabut: 69)

Ayyuhal muslimun,

Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai luhur ketulusan, kebersamaan, persaudaraan, perjuangan, kemenangan dan kemerdekaan. Akan tetapi, kemerdekaan dalam Islam adalah kemerdekaan sejati, yaitu kemerdekaan yang membebaskan manusia dari penghambaan kepada manusia, membebaskan manusia dari kungkungan hawa nafsu, membebaskan manusia dari belenggu pesona dunia, membebaskan manusia dari penghambaan kepada yang semu menuju penghambaan kepada Rabb yang Maha Hidup lagi Perkasa, Allah SWT.

Ayyuhal muslimun,

Kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang begitu berdarah-darah diraih itu, ternyata hanyalah romantisme sejarah semata. Kenapa demikian? Karena hari ini, kita lihat dan rasakan, selama 79 tahun kemerdekaan ini, hanyalah peralihan satu penjajahan kepada berbagai bentuk penjajahan lainnya.

Betapa tidak, dahulu para pahlawan kita hanya menghadapi penjajahan pada aspek militer saja, akan tetapi sekarang ini, bangsa Indonesia menghadapi multi penjajahan, baik penjajahan pada ranah ekonomi, budaya & politik, hokum, pendidikan, moral sampai pemikiran. Bahkan bentuk penjajahan seperti ini lebih besar bahayanya daripada penjajahan ala militer, karena bahaya yang ditimbulkan jauh lebih komplek dan berdaya rusak tinggi. Karena tidak hanya merusak fisik saja, tetapi juga merusak pola pikir dan karakter anak bangsa.

Ikhwatal Islam,

Dalam masalah ekonomi, sampai hari ini, kita belum bisa melepaskan diri dari ketergantungan kepada pihak asing dan aseng. Dalam ranah budaya, identitas keislaman dan ketimuran bangsa Indonesia terlebur dengan budaya Barat. Dalam ranah moral, mulai dari SD sampai mahasiswa, masyarakat sampai pejabat, tidak jarang kita saksikan tindakan tidak terpuji seperti korupsi, pornografi dan lain sebagainya. Maka benarlah apa yang disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad SAW,

"Bersabarlah kalian, maka sesungguhnya tidak akan datang kepada kalian sebuah zaman, kecuali zaman tersebut lebih rusak dari sebelumnya, sampai kalian menemui Rabb kalian." (HR Bukhari)

Maka menjadi pilihan bagi kita, apakah kita akan mengikuti zaman dengan warna kemaksiatan yang kian dahsyat ini? Atau justru mewarnai zaman ini dengan warna kesalehan dan menjadi manusia merdeka yang terbebas dari nafsu dunia? Pilihannya ada pada diri kita masing-masing.

Ayyuhal muslimun,

Oleh karena itu, dalam memaknai kemerdekaan ini, marilah kita memposisikan diri sebagai hamba Allah yang taat dan beradab, beriang-gembira tanpa harus melupakan esensi kemerdekaan yang hakiki. Sebagai seorang muslim, seharusnya kita mensyukuri nikmat kemerdekaan bukan mengenang kemerdekaan.

Kenapa? Karena kemerdekaan itu adalah nikmat dari Allah SWT. Setiap nikmat itu bisa menjadi pembuka bagi nikmat lainnya. Kita sering menginginkan ditambahnya nikmat, tetapi lupa, lupa mensyukuri nikmat yang telah ada. Mengenang konotasinya adalah terlena dalam romantisme sejarah, sedangkan bersyukur merupakan gairah dan pengundang nikmat yang lebih besar.

Ayyuhal muslimun,

Lantas, bagaimana kita sebagai generasi muda bangsa mengisi kemerdekaan yang telah Allah berikan ini? Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an,

"Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan." (QS. Al-Hajj: 41).

Maka berdasarkan ayat ini, setidaknya, ada 4 hal yang mesti kita lakukan dalam mengisi kemerdekaan ini. Yang pertama, iqamatus shalah, mendirikan shalat dalam rangka membangun moralitas dan akhlakul karimah.

Ayyuhal muslimun,

Sebuah bangsa akan dapat langgeng, ketika memiliki moralitas dan kredibilitas yang tinggi. Sedangkan kunci membangun moralitas terletak pada pelaksanaan ibadah salat. Allah SWT berfirman:

إنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

"Sesungguhnya salat itu mampu mencegah dari perbuatan keji dan munkar." (QS Al Ankabut: 45)

Selain itu, shalat juga menjadi barometer sukses tidaknya seseorang di akhirat kelak. Kenapa? Karena pertama kali yang dihisab dari manusia adalah amaliyah shalatnya. Jika salatnya baik, maka secara otomatis semua amalan yang lain akan dinilai baik, sebaliknya jika kualitas shalatnya buruk, maka dengan sendirinya seluruh perbuatannya dianggap buruk. Oleh karena itu, dengan pelaksanaan shalat yang berkualitas, maka akan mampu membangun manusia yang bermoral dan berakhlakul karimah.

Ayyuhal muslimun,

Yang kedua, itauz zakah, menunaikan zakat sebagai bentuk kepedulian sosial

Agama Islam tidak sebatas mengurusi masalah ruhani dan akhirat saja, tetapi lebih dari itu, agama Islam sangat memperhatikan keseimbangan kehidupan sosial bermasyarakat.

Ayyuhal muslimun,

Yang ketiga, amar ma'ruf nahi munkar, jaminan kepastian dan penegakan hukum.

Kecenderungan kekuasaan, terkadang mendorong pelakunya untuk menyimpang dan menyalahgunakan jabatan yang didudukinya. Fir'aun misalnya, yang berupaya melanggengkan kekuasaannya dengan segala cara. Tingkatan amar ma'ruf dan nahi mungkar sudah diatur dengan jelas dan terang dalam Islam. Yang pertama, yakni, melalui pendekatan kekuasaan bagi mereka yang berwenang, yang kedua, melalui lisan atau nasehat bagi siapapun yang bisa memberi nasehat, jika keduanya tidak bisa dilakukan, maka melalui pengingkaran dalam hati.

Ayyuhal muslimun,

Dalam konteks jaminan kepastian dan penegakan hukum. Dalam konteks jaminan kepastian dan penegakan hukum, pernah ditegaskan oleh Rasulullah SAW, ketika ada usaha dari sahabat untuk minta keringanan hukuman bagi seorang wanita bangsawan yang berzina, namun dengan tegas rasul menolak dan mengatakan,

"Ketahuilah, penyebab kehancuran umat terdahulu adalah karena ketika orang kaya mencuri, maka tidak ditegakkan hukuman. Tetapi, jika yang mencuri itu rakyat kecil, seketika itu hukuman ditegakkan dengan seberat- beratnya. Ketahuilah, seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, pasti aku sendiri yang akan memotong tangannya,"

Ini memberikan pelajaran kepada kita semua bahwa, seseorang, apapun strata kehidupannya, harus sama dimata hukum, baik rakyat jelata maupun pejabat negara, namun sering kita saksikan, terkadang hukum di negara kita, hanya subur ke bawah tetapi mandul ke atas. Inilah yang kami katakan bahwa kita memang sudah merdeka secara fisik namun masih dijajah dalam aspek-aspek lainnya.

Ayyuhal muslimun,

79 tahun Indonesia merdeka, bukanlah waktu yang pendek. Namun, kemerdekaan hakiki bangsa ini masih belum menjadi bukti. Memperingati kemerdekaan tidak sekedar perayaan seremonial saja, memperingati kemerdekaan tidak sekedar semarak warna-warni bendera dan umbul-umbul, memperingati kemerdekaan, juga tidak sekedar aneka lomba yang tidak mendidik, tidak.

Memperingati kemerdekaan Indonesia harus lebih dari itu semua. Oleh karena itu, semangat kita harus tetap mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik- baiknya sesuai dengan apa yang telah Allah syariatkan dan ketahuilah bahwa perjuangan dalam mengisi kemerdekaan ini belum pernah berhenti. Karena seperti yang kami sampaikan, kita telah merdeka dari satu penjajahan, tetapi kita akan menghadapi penjajahan yang lainnya.

Mudah-mudahan Allah SWT memberikan kemampuan kepada kita untuk bisa mensyukuri dan mengisi kemerdekaan ini, sesuai dengan apa yang telah disyariatkan-Nya. Allah SWT mengampuni dosa kita, dosa orangtua kita, dosa para pahlawan dan pejuang bangsa ini, Allah tempati mereka semua di dalam surgaNya yang penuh dengan kenikmatan. Dan mudah-mudahan Allah SWT mengembalikan kita semua nanti kehadirat-Nya dalam keadaan husnul khatimah. (Abdul Latif Wabula)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan