RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Proses pembuatan Lemea, yang berbahan dasar rebung, kini menghadapi tantangan besar akibat kondisi musim panas.
Rebung, yang merupakan tunas bambu, dicincang kecil-kecil, direndam air, dan dicampur dengan ikan.
Namun, musim panas yang kering membuat rebung sulit didapat karena tidak banyak tumbuh seperti saat musim hujan.
Baca Juga: Harga Kopi Turun, Harga Beras Melambung Tinggi
Nelfi (35), seorang pembuat Lemea, mengakui bahwa stok Lemea di rumahnya sangat terbatas karena kesulitan mendapatkan bahan baku utama tersebut.
"Kondisi musim panas membuat rebung sulit didapati. Bukannya tidak ada yang tumbuh, tapi dalam satu rumpun bambu, paling hanya satu atau dua tunas yang muncul, itu pun bambu yang berada dekat dengan air," kata Nelfi kepada Radar Lebong kemarin.
Nelfi menjelaskan bahwa biasanya ia bisa memproduksi Lemea sebanyak empat kali dalam sebulan.
Dengan harga jual Rp 15 ribu per toples ukuran kecil dan Rp 20 ribu per toples ukuran besar, produksi Lemea kini turun drastis menjadi hanya sekali sebulan karena sulit mendapatkan rebung.
"Musim panas sangat berpengaruh terhadap usaha kami dalam pembuatan Lemea. Rebung sulit didapati karena tunas baru banyak muncul di musim penghujan, sedangkan di musim panas jarang, sehingga sulit didapati," tandas Nelfi. (*)