Program TAPERA dinilai mengalami tumpang tindih dengan program jaminan sosial lainnya seperti JHT (Jaminan Hari Tua) dan BPJS Ketenagakerjaan.
Banyak masyarakat merasa bahwa TAPERA tidak memberikan manfaat tambahan yang signifikan dibandingkan dengan program-program jaminan sosial yang sudah ada.
Misalnya, meskipun TAPERA menyediakan fasilitas kredit dengan bunga rendah, banyak pekerja yang merasa tidak mendapatkan keuntungan nyata jika mereka sudah memiliki rumah atau jika pendapatan mereka melebihi batas yang ditetapkan.
Batasan dan Pembatasan
Program TAPERA juga memiliki berbagai pembatasan yang mengurangi fleksibilitasnya.
Rumah yang dapat dibeli dengan KPR TAPERA terbatas pada rumah subsidi dengan lokasi yang sering kali kurang strategis.
Hal ini menyebabkan banyak peserta yang merasa bahwa mereka tidak mendapatkan nilai maksimal dari program ini.
Pembatasan juga mencakup hanya rumah pertama dan penghasilan di bawah Rp8 juta, yang mengabaikan kebutuhan rumah kedua atau rumah bagi mereka dengan penghasilan lebih tinggi.
BACA JUGA:Gaji Honorer Tidak Seberapa, Mau Dipotong Tapera, Kebijakan Aneh
Perbandingan dengan Program di Negara Lain
Filipina memiliki sistem serupa yang dikenal sebagai Pag-Ibig Fund. Berbeda dengan TAPERA, sistem ini menawarkan lebih banyak fleksibilitas.
Penghasilan pekerja dengan batasan di bawah ₱1500 dikenakan kontribusi 3% (1% dari pekerja dan 2% dari pemberi kerja), sedangkan untuk penghasilan lebih tinggi, kontribusi dibagi rata antara pekerja dan pemberi kerja.
Program ini memiliki tingkat kepuasan yang tinggi, dengan 83% warga merasa puas, dan tidak ada batasan ketat seperti yang berlaku di TAPERA Indonesia.
Malaysia dan Singapura
Malaysia dan Singapura juga menerapkan sistem tabungan wajib dengan kontribusi yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia.
Malaysia menerapkan kontribusi sekitar 20%, sementara Singapura mencapai hampir 40%.