RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Ibadah puasa akan memberikan pengalaman ruhaniah yang sangat berharga sebagai hasil pelatihan ruhaniah yang ada dalam pelajaran puasa. Adapun pengalaman ruhaniah yang paling dalam dan tinggi nilainya adalah kesadaran akan kehadiran Allah SWT dalam setiap dimensi kehidupan.
Berpuasa sebagai amalan ibadah yang bersifat pribadi akan memberikan keyakinan keyakinan kepada yang menjalankannya bahwa Allah SWT sangat dekat.
Dan yang demikian itu paralel dengan yang diilustrasikan dalam Al-Quran tentang wujud Tuhan yang berbunyi: ”Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. QS:Al-Baqarah (2)-186.
Adapun yang di maksud dengan memenuhi perintah adalah menjalankan seruan atau panggilan Allah SWT yang hidupkan mereka. Menghidupkan adalah pengertian kehidupan ruhaniahnya.
Baca Juga: Bahagia dengan Berbagi
Dengan merasakan kedekatan dari Allah SWT seseorang akan menjadi tenang, damai dan bahagia hidupnya.
Menurut Al-Quran bahkan manusia adalah makhluk yang di karuniai merindukan kehadiran Allah SWT sebagai sumber kebaikan dan kebenaran. Konsep inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan konsep fitrah dalam Islam.
Dalam Al-Quran manusia memiliki dimensi ruhaniah yang datang dari Allah SWT sehingga secara otomatis ia akan datang dari Allah SWT.
Sehingga secara otomatis ia akan selalu rindu ingin kenmbali kepada-Nya. Ini tegaskan dalam ayat Al-Quran yang berbunyi: ”Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepada-Nya dengan bersujud”. QS:Al-Hijr (15) – 29.
Dari situ dapat ditangkap pesan-pesan dasar perintah berpuasa bahwa hakikat puasa merupakan latihan ruhaniah dalam rangka back to basic.
Perlu kiranya sedikit di singgung di sini bahwa sejalan dengan konsepsi kaum sufi, manusia kemudian dikenal memiliki dua dimensi.
Pertama: disebut unsur lahir yakni potensi keilahian yang selalu mendorong dirinya untuk merindukan kembali dan mencintai kebenaran.
Kedua: adalah unsur nasut sebagai makhluk bumi, yang memiliki kelemahan-kelemahan dan memiliki dorongan-dorongan nafsu sehingga pada saat tertentu manusia kemudian akan mmudah jatuh dan terperosok ke dalam kejatuhan moral dan spiritual.
Lewat bulan puasa orang-orang beriman akan menjadikan demensi rohaniahnya semakin peka dan responsif terhadap panggilan-panggilan kepada kebenaran yang dengan istilah lain menimbulkan kepekaan ruhaniah yang selalu mengajak dan membimbing manusia ke jalan yang lurus dan benar.
Adapun disebut rohani karena rohani bersifat cahaya (nur) dan itu kemudian menjadi istilah atau sebutan bagi hati kecil atau nurani karena hakekat hati kecil selalu mengajak dan mencintai kebenaran.