BENGKULUUTARA.RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) mulai menggeliat di Bengkulu Utara.
Saat ini, sudah berdiri sembilan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang dikelola yayasan dan pihak swasta, dan akan segera bertambah tiga unit lagi dari inisiatif Pemkab setempat.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkulu Utara juga telah mengikuti rapat koordinasi virtual bersama Kementerian Dalam Negeri terkait pembentukan Satuan Tugas Program Makan Bergizi Gratis.
Sekretaris Daerah Bengkulu Utara, Fitriansyah, S.STP, M.Si menyebutkan, sebaran wilayah yang luas dan jumlah sekolah yang besar menjadi tantangan dalam menjalankan program ini secara merata.
Baca Juga: APBD 2025, Hanya 8 Rumah Penerima RTLH
“Maka setidaknya kita membutuhkan 18 SPPG untuk melaksanakan program Makan Bergizi Gratis di 19 kecamatan yang ada di Bengkulu Utara,” terangnya.
Pemkab saat ini memiliki sembilan SPPG yang aktif, namun menyadari belum cukup untuk menjangkau seluruh siswa yang berhak menerima manfaat.
Oleh karena itu, tiga lahan baru sudah disiapkan untuk pembangunan tambahan SPPG.
“Kita sudah menyiapkan tiga lahan sebagai lokasi pembangunan SPPG tersebut, di antaranya di Kecamatan Ketahun, Arga Makmur, dan Kecamatan Padang Jaya,” ujarnya.
Program ini terbukti telah menjangkau puluhan ribu siswa. Hingga kini, sembilan SPPG yang telah beroperasi melayani sebanyak 28.175 siswa dari 36 sekolah.
Dengan adanya tambahan tiga SPPG dari pemerintah daerah, jumlah siswa penerima manfaat diproyeksikan meningkat signifikan.
“Dengan tambahan 3 SPPG yang akan kita bangun tersebut bisa menambah jumlah siswa penerima program sebanyak 9.000 siswa. Ini tentunya bentuk dukungan sehingga lebih banyak lagi siswa yang menerima program tersebut,” imbuh Fitriansyah.
Ia juga menekankan bahwa pemilihan lokasi pembangunan SPPG dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi distribusi makanan dan jumlah sasaran siswa yang dijangkau.
“Jarak ini sangat penting menjadi pertimbangan karena terkait dengan distribusi makanan. Jangan sampai hal ini menghambat atau membuat program tersebut tidak maksimal dirasakan oleh siswa sebagai sasaran program,” pungkasnya.