RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Konsep penempatan ventilasi udara di bagian bawah bangunan tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial, usai seorang desainer membagikan video edukatifnya melalui TikTok dan YouTube Shorts.
Video tersebut viral, meraih jutaan tayangan dan menuai banyak komentar pro dan kontra.
Namun, di balik kontroversi, argumen yang dibangun ternyata mengacu pada prinsip dasar fisika dan studi kasus nyata.
Menurut sang pembuat video, ventilasi yang ditempatkan di atas, seperti umumnya diterapkan di rumah-rumah saat ini, kurang efektif dalam menciptakan sirkulasi udara optimal di area aktivitas manusia yang lebih rendah, seperti saat duduk atau tidur.
BACA JUGA:Bukan Dengan Garam, Ini Cara Efektif Cegah Ular Masuk ke Rumah
Hal ini disebabkan karena udara panas secara alami naik ke atas, sedangkan udara dingin—yang seharusnya menyegarkan ruang—justru masuk dari lubang tinggi dan tidak menjangkau area bawah.
Sebaliknya, ventilasi bawah memungkinkan udara segar masuk langsung ke ruang aktivitas.
Salah satu bukti nyata dari efektivitas sistem ini ditunjukkan melalui studi pada bangunan bersejarah, Gereja Katedral Semarang.
Jurnal ilmiah yang merujuk pada bangunan tersebut mencatat bahwa area yang dekat dengan ventilasi bawah memiliki suhu yang lebih sejuk secara signifikan.
BACA JUGA:Mau Tanam Kelengkeng di Rumah? Ini Trik Agar Cepat Berbuah
Studi tersebut pun dijadikan acuan untuk mendukung gagasan bahwa ventilasi bawah bukanlah konsep sembarangan, melainkan berdasarkan sains dan pengalaman arsitektural.
Meski menawarkan banyak keunggulan, sistem ini juga memiliki tantangan, seperti risiko masuknya hewan kecil dan debu.
Namun, sang pembicara menjelaskan bahwa desain ventilasi modern bisa diakali dengan penggunaan jaring, kisi-kisi aluminium, dan jendela lipat yang dapat dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan.
Dalam konteks rumah tropis dan hemat energi, penerapan ventilasi bawah justru bisa menjadi solusi yang cerdas dan efisien.