RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Sejak awal April 2025, jagat media sosial TikTok diramaikan dengan video viral dari sejumlah kreator asal Tiongkok yang mengungkap biaya produksi barang-barang mewah asal Amerika dan Eropa.
Salah satu akun bernama Sandbox mengklaim bahwa sekitar 80% tas branded dunia, termasuk Hermes dan Louis Vuitton, sebenarnya diproduksi di China, lalu dilabeli ulang di Eropa.
Sebuah tas sekelas Hermes Birkin, misalnya, diklaim hanya membutuhkan biaya produksi sebesar 10 dolar AS, tetapi dijual ribuan dolar di pasar Barat.
Fenomena ini dijuluki sebagai Trend Dup Luxury, tren tiruan barang mewah yang tampil dengan kualitas serupa namun harga jauh lebih terjangkau.
BACA JUGA:5 Rekomendasi HP POCO untuk Multitasking dan Gaming, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Salah satu kreator TikTok, Luna (@Lunasourcing), menyebutkan bahwa legging yoga merek Lululemon dapat diproduksi di China hanya dengan biaya 5 hingga 6 dolar AS, padahal di Amerika Serikat dijual lebih dari 100 dolar.
Hal ini memicu kehebohan publik dan mempertanyakan transparansi serta nilai sebenarnya dari barang-barang bermerek internasional.
Gelombang ini muncul di tengah memanasnya kembali perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Pemerintah AS, lewat kebijakan tarif Presiden Donald Trump, menerapkan bea masuk hingga 145% terhadap produk impor China.
BACA JUGA:Motorola Razr 60 Ultra Siap Meluncur, RAM Sebesar 16GB
Sebagai balasan, China menetapkan tarif 34% untuk produk AS mulai 10 April 2025.
Tarif tinggi ini menyebabkan banyak brand menaikkan harga jual mereka, sementara produsen China justru memanfaatkan media sosial untuk menunjukkan alternatif barang serupa dengan harga lebih masuk akal.
Kondisi ini membuat konsumen global, khususnya di Amerika, berada dalam dilema.
Di satu sisi, harga barang original naik signifikan karena beban tarif, di sisi lain muncul opsi “dupe” dari China yang tampak autentik namun lebih murah.
BACA JUGA:Spesifikasi Realme GT7 Terungkap, Punya 3 Pilihan Warna