Siti Nurbaya: Film Mama Jo Ajarkan Bahwa Anak Berkebutuhan Khusus Bukan Kelemahan

Ketua Dewan Pertimbangan Partai Nasdem Prof. Dr. Ir. Siti Nurbaya, M.Sc dalam Diskusi Publik ’’Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus & Refleksi Sosial Melalui Film Mama Jo’’ di Auditorium Perpustakaan Panglima Itam NasDem Tower. -Foto: dok NasDem-

JAKARTA.RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Suasana menggugah rasa mewarnai Diskusi Publik ’’Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus & Refleksi Sosial Melalui Film Mama Jo’’ di Auditorium Perpustakaan Panglima Itam NasDem Tower.

Agenda diskusi reguler untuk masalah-masalah sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh Manajemen Perpustakaan Panglima Itam Nasdem ini menghadirkan pembicara kunci tokoh nasional Prof. Dr. Ir. Siti Nurbaya, M.Sc yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Partai Nasdem. 

’’Kehadiran saya bukan hanya sebagai bentuk komitmen politik, melainkan panggilan hati,’’ kata Prof Siti dalam sambutannya pada Jumat (18/7). 

Siti mengenang keterlibatannya sejak awal dalam advokasi kelompok disabilitas bersama tokoh-tokoh seperti Rerie (Lestari Moerdijat), Wakil Ketua MPR RI dari NasDem. 

Dia juga menyinggung pengaruh mendalam yang dia dapatkan dari film klasik tahun 1981 berjudul ’’Detik-Detik Cinta Menyentuh’’, yang menanamkan prinsip dalam dirinya: ’’Saya tidak boleh bodoh.’’

Acara ini sekaligus menayangkan film ’’Mama Jo’’ karya sutradara Ineu Rahmawati, yang mengangkat perjuangan seorang ibu dengan anak cerebral palsy dalam mengejar pendidikan dan mimpi hidup layak. 

Selain Sutradara Ineu Rahmawati, hadir pula sebagai pembicara Prof. Dr. Ir. H. Furtasan Ali Yusuf, anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai Nasdem dan Gufroni Sakaril, Ketua Dewan Pertimbangan Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia. Diskusi ini dimoderatori oleh Kepala Perpustakaan Panglima Itam Shanti Ruwyastuti

Dalam pidato reflektifnya, Siti menyoroti tiga aspek penting dari film Mama Jo yaitu: 

Keberterimaan Keluarga: Menyambut Takdir dengan Cinta. Film ini menunjukkan bahwa cinta seorang ibu adalah kekuatan fundamental dalam tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus.

’’Menjadi orang tua bukan sekadar peran biologis, tetapi tugas eksistensial: memelihara jiwa lain dengan seluruh kasih yang bisa diberikan,’’ ujar Siti.

Anak istimewa adalah amanah yang hanya bisa dijaga dengan hati yang siap diuji oleh waktu dan keadaan. Inklusi Sosial dan Pendidikan Setara: Mengejar Impian Tanpa Batas. Jo, tokoh utama dalam film, bercita-cita menjadi polisi meski memiliki keterbatasan fisik.

Hal ini menegaskan bahwa pendidikan bukan hanya tentang menyamakan perlakuan, tapi menciptakan ruang yang menumbuhkan keunikan setiap anak.

Mengutip John Dewey, Siti mengingatkan: ’’Education is not preparation for life; education is life itself.’’ Pendidikan sejati adalah yang menghormati keberagaman dan menjadikan empati sebagai jembatan.

Empati dan Menghargai Perbedaan: Membangun Keberterimaan Sosial. Film Mama Jo menjadi cermin masyarakat bahwa disabilitas bukanlah penghalang untuk bermakna.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan