Fikih Finance

--

Dr Tri benar-benar benar dalam penelitiannya. Tidak melakukan kesalahan apa pun. Juga tidak ada tendensi SARA.

Bahwa masyarakat heboh itu karena copy daftar "gelap" beredar luas. Begitulah cara viral kala itu –fotokopi. Media pun terkecoh ikut memuatnya.

Nasihat jaksa Kristen itulah yang menyelamatkan Dr Tri. Isi nasihatnya sangat "dalam". Saya malu menceritakannya di konteks zaman sekarang. Saya benar-benar ingin rasanya kenal jaksa seperti itu.

Inilah nasihatnya: agar Dr Tri mau berfoto sekeluarga dengan mengenakan pakaian Jawa lengkap. Sampai ke blankonnya. Pakaian Jawa ala Solo.

Dengan pakaian Jawa yang lengkap Dr Tri sekeluarga berfoto. Di depan rumah. Termasuk Ario yang saat itu masih remaja (foto kanan).

Foto tersebut lantas minta dimuat di salah satu majalah Islam. "Saya lupa nama majalahnya," ujar Ario sambil mengemudi.

Foto di majalah itulah yang kemudian ditunjukkan ke Presiden Soeharto: bahwa Dr Tri bukan dari aliran Islam yang ekstrem. Dr Tri adalah orang Jawa yang menjunjung tinggi budaya Jawa.

Dr Tri pun dilepaskan dari tahanan. Status tersangkanya pun hilang. Jaksa bisa keluar dari situasi politik yang amat sulit. 

Di mana Dr Tri sekarang?

Ia sudah meninggal dunia. Dr Tri pernah kuliah di Australia. Karena itu, anaknya yang menjemput saya itu, juga kuliah di Australia. Bahkan kini menetap di Australia.

Kami menuju Iqra'. Berkendara pelan-pelan. Mampir minum kopi pun tidak jadi. Saya lebih tertarik mendengarkan cerita Ario. Apalagi cerita soal bagaimana Ario dan kawan-kawannya membangun Iqra' Center di Perth.

Mereka bukan membangun tempat ibadah dengan cara mencari sumbangan. Cara yang mereka tempuh sangat baru bagi saya. Sangat modern. Model keuangan masa kini.

Ceritanya? Sabarlah sampai besok --bukankah orang sabar kekasih Allah.

Rasanya mereka pakai "Fikih Finance" --melebihi "Fikih Kota Global" yang baru terbit di Jakarta. (Dahlan Iskan)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan