Harga Kopi Terjun Bebas, Petani Terpaksa Tunda Penjualan

Kopi: Tampak petani saat menggiling kopi hasil panen.-(dok/rl)-

LEBONG.RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Harga jual kopi di Kabupaten Lebong mendadak anjlok secara drastis dari sebelumnya mencapai Rp75 ribu per kilogram, kini hanya berada di kisaran Rp47 ribu per kilogram.

Anjloknya harga ini mengejutkan para petani kopi, yang kemudian memilih menunda penjualan hasil panennya karena khawatir tidak dapat menutup biaya produksi.

Penurunan harga yang mulai terasa sejak awal bulan lalu sebenarnya berjalan bertahap. Namun, menurut para pengepul di Lebong, penurunan paling drastis terjadi di pertengahan bulan lalu, di mana harga sempat turun dari Rp65 ribu menjadi Rp47 ribu per kilogram.

Selisih harga yang mencapai Rp28 ribu ini menjadi pukulan berat bagi para petani yang selama ini mengandalkan penjualan kopi sebagai sumber utama pendapatan keluarga.

Baca Juga: Target 800 Vaksin HPR, Desa Diminta Aktif Ajukan Permintaan

Belum ada kepastian penyebab turunnya harga kopi secara tiba-tiba tersebut. Namun, beberapa pengepul menduga kuat penurunan harga ini berkaitan dengan dinamika pasar global, khususnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel yang mempengaruhi stabilitas perdagangan dunia, termasuk komoditas kopi.

"Sejak awal bulan sudah terasa turun, kemudian makin anjlok di pertengahan bulan ini. Banyak petani akhirnya memilih menyimpan dulu kopinya daripada dijual murah," ujar salah satu pengepul kopi di wilayah Lebong Tengah, Minggu (6/7).

Selain faktor geopolitik, anjloknya harga kopi juga dikaitkan dengan pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat dan melonjaknya produksi kopi Brazil yang kini mendominasi pasar kopi internasional.

Meningkatnya produksi dari Brazil ini memicu kelebihan suplai di pasar dunia, sehingga menurunkan harga beli kopi dari daerah lain, termasuk Indonesia.

Dampak dari anjloknya harga kopi di Lebong tidak hanya membuat petani menunda penjualan, tetapi juga menurunkan suplai kopi ke para pengepul lokal.

Kondisi ini dikhawatirkan akan terus menimbulkan kerugian jika harga tidak segera pulih, apalagi sebagian petani sudah mengeluarkan biaya perawatan kebun yang tidak sedikit.

"Biasanya petani menjual setelah panen, sekarang banyak yang menahan hasil panennya. Kalau dipaksakan dijual, mereka takut rugi karena harga sudah di bawah biaya produksi," sambungnya. 

Pemerintah daerah diharapkan dapat segera mengambil langkah untuk membantu petani kopi menghadapi fluktuasi harga ini, misalnya dengan membuka akses pasar lebih luas, memberikan pendampingan, hingga membantu menjaga stabilitas harga melalui program perlindungan komoditas.

Sementara itu, para petani berharap harga kopi bisa kembali stabil mendekati Rp 70 ribu per kilogram agar mereka mampu menutup biaya produksi sekaligus memperoleh keuntungan wajar dari jerih payah mereka.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan