Gelap Terang

Komisaris Utama Radio SS Ipik Suhartoyo memotong tumpeng untuk diserahkan kepada Ibu Endang Soetojo. istri pendiri SS almarhum Soetojo.-hariandisway-
RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - "Gunung tidak harus tinggi, yang penting ada dewanya. Sungai tidak harus dalam, yang penting ada naganya".
Saya ikut menyebar luaskan pepatah lama Tiongkok itu. Setidaknya di saat Radio Suara Surabaya berulang tahun. Kemarin. Yang ke-42.
Hidup itu tidak harus menjadi yang serba ”ter”: Terkaya, terbesar, tertinggi, terpandai, terkuasa, dan seterusnya.
Tapi jangan juga biasa-biasa saja.
Radio SS bukan yang terbesar di Indonesia. Tapi juga bukan radio yang biasa-biasa saja. Ibarat gunung, radio SS tidak setinggi Semeru atau Merapi tapi ia seperti Gunung Kawi: tidak tinggi tapi banyak dipuji dan dikunjungi.
Tidak ada rasa keterikatan warga terhadap media melebihi keterikatan orang Surabaya pada SS. Apalagi di saat tidak ada lagi keterikatan orang pada koran di suatu kota.
Di saat tertentu orang Surabaya bisa berjam-jam memantau SS. Termasuk saya. Misalnya dua bulan lalu. Yakni saat seorang kurir menelepon SS. Ia melaporkan sepeda motornya dicuri orang. Padahal sepeda motor itu hanya ditinggal sebentar. Hanya menyerahkan barang ke teras rumah orang. Yang menarik, di sepeda motor itu masih ada 40 barang yang masih harus diantarkan ke calon penerima.
Pendengar radio pun tidak hanya membayangkan hilangnya motor tapi juga bertanya-tanya bagaimana nasib barang kiriman itu.
SS menerima begitu banyak info tentang motor yang dicuri itu. SS juga menghubungi polisi di Surabaya dan sekitarnya. Dilakukanlah perburuan massal. Lewat udara.
Semua itu disiarkan secara live. Menegangkan. Apalagi ketika ada yang menelepon bahwa ia melihat motor itu sudah menyeberangi Jembatan Madura. Lalu ada info masuk berikutnya: lokasi motor sudah di Tanah Merah --satu desa antara Bangkalan dan Sampang.
Lalu ditemukan barang-barang kiriman yang dibuang di satu lokasi. Dan akhirnya tertangkap.
Hari itu saya ingin menuliskannya untuk Disway. Tapi saya harus wawancara dengan pemilik sepeda motor itu. Saya hubungi redaktur SS: minta nomor teleponnya. Diberi. Saya hubungi. Diterima tapi ditutup. Lalu tidak pernah menerima telepon lagi.
Saya pun tidak jadi menulis. Sayang sekali. Rupanya ia tidak ingin identitasnya diketahui secara detail. Apalagi status motornya. Di radio, wartawannya tidak perlu mengungkapkan detail sampai di situ.
SS lambang sukses untuk perburuan motor yang dicuri. SS berhasil mendapat kepercayaan tinggi dari publik. Begitu sering ada orang yang kehilangan motor lapornya ke SS. Lalu jadi objek pengejaran umum. Sering sekali berhasil ditangkap.