Adab Safar dan Bepergian Liburan

--

RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - BEPERGIAN (safar) merupakan bagian dari kebutuhan hidup manusia. Bepergian untuk liburan, menuntut ilmu, mencari nafkah, mengunjungi kerabat, dan keperluan lainnya. Berita tentang meninggalnya seseorang karena kecelakaan dalam perjalanan mengingatkan bahwa kematian itu bisa datang kapan dan di mana saja.

Tempat dan waktu meninggalnya seseorang telah ditentukan, di rumah atau pada saat bepergian atau di mana saja.

“Sesungguhnya jika Allah menghendaki untuk mencabut nyawa seorang hamba di suatu tempat, maka Allah jadikan hamba itu memiliki keperluan di tempat tersebut.” (HR: Hakim).

Berkaitan safar, Rasulullah ﷺ bersabda;

“Safar itu setengah dari adzab (siksa), karena jika seorang dari kalian bepergian terkurangi tidur, makan dan minumnya. Apabila salah seorang dari kalian telah menyelesaikan urusannya (saat bepergian) hendaklah dia segera kembali kepada keluarganya.” (HR: Bukhari).

Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan tuntunan dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam ber-safar. Karena itu, orang yang akan melakukan aktifitas safar hendaknya menjaga adab-adab safar selama dalam perjalanan.

Pertama, sebelum berangkat meninggalkan rumah dianjurkan untuk shalat dua rakaat yang dilanjutkan dengan berdoa agar urusannya dimudahkan.

Kedua, orang yang akan melakukan safar hendaknya mengucapkan wada’ (pamitan) kepada keluarga, tetangga dan para teman dekatnya. Tujuannya untuk meminta maaf dan minta agar didoakan.

Ketiga, hendaknya orang yang akan melakukan safar mengembalikan barang-barang titipan dan tanggungan yang ada padanya kepada pemiliknya, karena safar merupakan pekerjaan yang berpotensi terjadinya musibah.

Keempat, hendaknya menyiapkan perbekalan yang bersumber dari yang halal, dan meninggalkan nafkah kepada semua orang yang wajib dinafkahinya seperti istri, anak, dan orang tua.

Kelima, hendaklah orang-orang yang ber-safar mengangkat salah seorang di antara mereka untuk menjadi amir dalam safar.

Keenam, hendaklah orang yang akan ber-safar ketika meninggalkan rumahnya ia berdoa, yang artinya;

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَىَّ

“Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan izin Allah. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu, jangan sampai aku sesat atau disesatkan (setan atau orang yang berwatak setan), atau tergelincir dan digelincirkan (orang lain), atau dari berbuat bodoh atau dibodohi.” (HR: Abu Daud).

Ketujuh, hendaklah orang yang ber-safar bertakbir (Allahu Akbar) ketika melewati tempat yang tinggi. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata;

‌أَنَّ ‌رَجُلًا ‌قَالَ: ‌يَا ‌رَسُولَ ‌اللَّهِ، ‌إِنِّي ‌أُرِيدُ ‌أَنْ ‌أُسَافِرَ ‌فَأَوْصِنِي، ‌قَالَ: «‌عَلَيْكَ ‌بِتَقْوَى ‌اللَّهِ، ‌وَالتَّكْبِيرِ ‌عَلَى ‌كُلِّ ‌شَرَفٍ

“Bahwasanya seorang lelaki bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku hendak ber-safar, maka berilah aku nasihat” Beliau menjawab, “Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah, dan mengucapkan takbir ketika melewati tempat yang tinggi.” (HR: Tirmidzi).

Kedelapan, hendaklah memperbanyak doa di dalam safar-nya dan memohon kepada Allah SWT kebaikan dunia dan akhirat. Karena safar merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa.

Kesembilan, hendaklah ia memberitakan kabar akan kedatangannya, sehingga tidak mengejutkan keluarganya.

Itulah sebagian dari adab dalam bepergian (safar). Dengan memperhatikan adab-adab tersebut diharapkan seseorang yang melakukan safar mendapatkan keberkahan, kemudahan, dan perlindungan Allah SWT selama dalam perjalanan. Semoga. (net)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan