Empat Dimensi

Jumat 28 Nov 2025 - 23:48 WIB

"Ok," jawab Mamdani lirih sambil  menatap Trump sesapuan.

Setelah itu Trump menjelaskan bahwa ia tidak merasa keberatan dengan penilaian Mamdani itu. Banyak pihak lain yang memberi penilaian lebih buruk dari itu.

Salah satu bentuk permainan ''catur empat dimensi'' itu terlihat dari setting konferensi pers itu sendiri. Trump duduk di kursi kepresidenannya. Mamdani di-setting hanya berdiri. Di sebelahnya. Kelihatannya sengaja di-setting hanya ada satu kursi di situ.

Mamdani seperti menerima saja itu dengan apa adanya. Mungkin ia tahu bahwa ia ''hanya'' seorang wali kota terpilih. Tidak layak duduk di kursi yang bersebelahan dengan presiden. Dan itu lebih baik bagi Mamdani. Daripada duduk di kursi bersebelahan tapi dimaki-maki. Seperti yang dialami Presiden Zelenskyy dari Ukraina dulu.

Terhadap Mamdani kata-kata Trump penuh puja-puji. Terutama soal kenaikan tinggi ratingnya yang begitu cepat. Bagaimana bisa: dari bukan siapa-siapa, dari rating 2, terus naik melejit menjadi 6, 9, 16, dan akhirnya terpilih dengan suara lebih 50 persen.

Rasanya di situlah kecemburuan terbesar Trump. Tapi ia harus menerima kenyataan. Mamdani begitu populer. Tidak hanya di New York melainkan telah melanda seluruh negeri. Padahal Amerika sedang menghadapi Pemilu parlemen dan Pilkada tahun depan. Trump tidak ingin dominasi Republik di Kongres tergerus. Sampai pun ia harus ''main catur empat dimensi''.

Megawati juga pernah memainkan jenis catur ini. Yakni ketika memanggil Presiden Jokowi ke DPP-PDI Perjuangan. Anda masih ingat posisi duduk Jokowi yang di depan meja kerja Megawati itu. Permainan ''catur Mega'' dibantu pula oleh putrinya, Puan Maharani, dengan memvideokannya –yang Anda pasti pernah geleng kepala melihatnya.

Rasanya Megawati kalah dalam permainan catur empat dimensi lawan Jokowi kala itu. Entah Trump kali ini. Yang jelas, rasanya, Mamdani juga terlihat tidak ingin menang sendiri. Ia begitu matang: bisa menempatkan diri di depan Trump; di depan presiden; di lokasi Gedung Putih pula.

Cara Mamdani berdiri, caranya menaruh tangan, cara ia bicara, anggukan-anggukan kecil kepalanya, ekspresi wajahnya sama sekali tidak ada cacat. Itu justru menambah simpati publik pada Mamdani.

Pun ketika Mamdani menyela pembicaraan Trump, caranya menyela sangat intelektual dan proporsional. Misalnya ketika Trump menyampaikan banyak juga pengikutnya yang memilih Mamdani. Dengan celetukan hanya tiga kata Mamdani menyela kalimat Trump itu dengan tepat: "one of ten" –dengan mimik wajah yang datar.

Itu berbeda sekali dengan cara Zelenskyy memotong pembicaraanTrump. Bikin Trump lebih marah. Lalu memaki Zelenskyy. Sedang celetukan Mamdani tidak membuat Trump terganggu.

Ada juga wartawan yang usil ke Trump. Terutama terkait dengan banyaknya ancaman pengusaha besar yang akan kabur dari New York. Terutama kalau Mamdani terpilih.

"Apakah Anda akan menyukai New York?"

"Iya," jawab Trump. "Terutama setelah pertemuan tadi," tambahnya. Berarti pertemuannya dengan Mamdani sangat mengesankannya.

Anda sudah tahu: Trump sudah lebih dulu meninggalkan New York. Pindah KTP ke Florida. Padahal ia lahir di New York dan mulai jadi konglomerat dari New York.

Mamdani sendiri setelah itu pergi ke pulau di laut Karibia yang masuk wilayah Amerika Serikat. Mamdani salat Jumat di situ. Di Centro Islamico del Caribe. Yakni di Masjid Ebadur Rahman. Itu salah satu masjid di San Juan, ibukota Puerto Rico.

Kategori :

Terkait

Minggu 30 Nov 2025 - 00:35 WIB

Bawazier Soedomo

Jumat 28 Nov 2025 - 23:48 WIB

Empat Dimensi

Selasa 28 Oct 2025 - 00:33 WIB

Seafood Sukhoi

Sabtu 25 Oct 2025 - 00:19 WIB

Jembatan Putranto

Jumat 24 Oct 2025 - 01:10 WIB

Putus Rantai