Jenderal Guo

Senin 05 Feb 2024 - 00:22 WIB

Sejak itu zaman dinasti Tang terkenal sebagai era yang adil makmur, tenang, damai, bahagia selama 300 tahun. 

Di zaman itulah Buddha masuk secara besar-besaran ke Tiongkok --dari India. Kisah Sun Go Kong berasal dari era ini.

Ketika akhirnya minta pensiun, Guo Ziyi mendapat hadiah wilayah perdikan. Lebih luas dari satu kabupaten terbesar di Jawa. Lokasinya tidak terlalu jauh dari ibu kota kekaisaran Tang, Xi'an. Daerah perdikan itu disebut Fen Yang. Dari Xi'an kira-kira 4 jam naik mobil ke arah timur.

Tentu status perdikan itu hilang di kemudian hari. Setelah tahun 1996 Fen Yang jadi satu kabupaten tersendiri. 

Keturunan Guo Ziyi pun menyebar ke mana-mana. Termasuk ke satu desa kecil sekitar 30 menit dari kota Putian di provinsi Fujian. Saya melewati desa ini beberapa waktu lalu. Yakni saat bermobil dari Xianyou ke Putian. 

Saat itu saya belum tahu bahwa Romo Ami S. Winata berasal dari desa itu: Desa Ling Pian. Yakni satu desa di lereng timur sebuah bukit kecil. Dari bukit Liang Pian ini terlihat pantai timur Tiongkok yang menghadap ke Taiwan.

Kalau saja saya tahu itu saya pasti mampir ke Liang Pian. Di situ juga ada kelenteng Fen Yang. Juga menampilkan patung Jenderal Guo Ziyi sebagai dewa utama. Besarnya serupa dengan yang di Teluk Gong. Nama Fen Yang diambil dari daerah perdikan yang diberikan kepada Jenderal Guo Ziyi.

Setelah mendalami masalah kelenteng ayahnya itu barulah Romo Ami tahu: ini kelenteng Buddha. Vihara. Saat itu tidak ada yang tahu. Dikira itu kelenteng Tao. Yang datang untuk sembahyang di situ pun dari berbagai keyakinan: Tao, Konghucu, Buddha. 

Memang di kanan-kiri altar Jenderal Guo Ziyi masih banyak altar untuk berbagai  dewa lainnya. Setidaknya ada 20 altar di dalam bangunan utama kelenteng Fen Yang. Setiap altar dihuni beberapa dewa.

Ada dewa untuk yang ingin dapat jodoh. Untuk yang ingin punya anak. Banyak rejeki. Punya ketenangan jiwa. Rukun rumah tangga. Pun untuk yang ingin dapat pangkat tinggi.

Kelenteng Fen Yang, sejak dipimpin Romo Ami, dua kali lebih besar dibanding saat dibangun sang ayah. Bahkan kini ditambah satu ruang besar lagi di sebelahnya: untuk kebaktian Buddha Mahayana.

Saat saya mampir ke ruang besar itu para bikhu lagi menghias ruangan –menjadi bersuasana Imlek.

Setelah semua dibersihkan, dimandikan dan kembali ke ornamen warna aslinya para dewa itu ditata ulang. Dikembalikan ke tempat semula. Mereka siap menyambut kedatangan umat di hari raya Imlek nanti.

Harusnya dalam seminggu ini tidak ada yang datang untuk sembahyang. Bukan saja dewa mereka lagi dimandikan, juga para dewa itu dipercaya sedang tidak ada di kelenteng.

Sejak dua hari lalu mereka dipercaya sedang ada di langit. Mereka baru akan kembali ke kelenteng lagi sehari sebelum hari raya Imlek.

Tapi saya lihat masih banyak juga orang yang datang untuk sembahyang. Mereka membakar hio dan melakukan gerakan sembahyang di depan altar.

Kategori :

Terkait

Minggu 03 Nov 2024 - 23:40 WIB

Prabowo Sebenarnya

Jumat 01 Nov 2024 - 23:08 WIB

Ikan PrimaLand

Selasa 08 Oct 2024 - 23:28 WIB

Dada Punggung

Minggu 08 Sep 2024 - 23:43 WIB

Blangkon Merah

Sabtu 07 Sep 2024 - 23:08 WIB

Sosiologi Ekonomi