JAKARTA.RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Menteri Agama Nasaruddin Umar menilai pesantren memiliki potensi besar untuk menjadi episentrum peradaban Islam dunia, jika santri mampu menghidupkan kembali semangat keilmuan para pendahulu.
Oleh karena itu, dia mengajak para santri untuk meneladani ulama-ulama terdahulu yang mampu melahirkan karya besar sekaligus membangun peradaban. Pesan ini ia sampaikan dalam kuliah umum bertema “Gerakan Pesantren Berbasis Cinta” di Auditorium Pondok Pesantren Wali Songo (PPWS) Ngabar, Ponorogo, Minggu (14/9/2025), yang diikuti tenaga pendidik, santri, serta tokoh masyarakat.
Pada kesempatan yang sama Menag meresmikan Auditorium baru dan Ngabar Hybrid Library di pondok pesantren yang didirikan pada 4 April 1961 tersebut. Dalam paparannya, Menag menegaskan bahwa pesantren bukan hanya pusat pendidikan agama, tetapi juga lembaga yang berkontribusi besar bagi pembangunan bangsa. “Tradisi pesantren kaya dengan warisan intelektual.
Dari sinilah lahir ulama, pemikir, sekaligus pemimpin umat. Pesantren harus tampil sebagai pusat lahirnya generasi yang mampu berperan dalam percaturan global,” ujar Menag. Nasaruddin menyinggung kisah para ulama klasik sebagai teladan bagi santri.
BACA JUGA:Soroti Keputusan KPU Nomor 731, Chandra: Apa untuk 'Menyimpan Informasi' Ijazah Jokowi?
Ia mencontohkan Imam Al-Ghazali yang menulis karya monumental Ihya Ulumuddin untuk menghidupkan kembali spiritualitas umat, serta Ibn Rushd yang menjembatani ilmu agama dengan filsafat sehingga menjadi rujukan dunia Barat. “Mereka adalah contoh bagaimana seorang ulama tidak hanya menguasai teks agama, tetapi juga ilmu pengetahuan luas yang membangun peradaban,” jelasnya.
Nasaruddin juga mengisahkan Syekh Abdul Qadir al-Jailani yang menekankan pentingnya kejujuran dalam menuntut ilmu.
“Syekh Abdul Qadir pernah dinasehati oleh ibunya: ‘jangan bohong, maka selamat.’ Pesan inilah yang relevan bagi santri zaman sekarang, bahwa ilmu tanpa kejujuran akan kehilangan berkah,” imbuhnya. Nasaruddin juga menegaskan pesantren bukan hanya tempat melahirkan santri berilmu, tetapi juga manusia yang berakhlak mulia. “Pesantren adalah tempat menimba ilmu dari Allah.
Di sini tidak hanya ilmu ditransfer, tapi juga ada tazkiyah (penyucian jiwa) yang melahirkan generasi jujur, ikhlas, dan siap mengabdi,” kata Menag di hadapan santri dan pengasuh PPWS Ngabar Ponorogo. Auditorium yang baru diresmikan merupakan hasil renovasi bangunan lama yang sebelumnya pernah mendapat bantuan Rp400 juta dari Kementerian Agama. Kini, auditorium dan perpustakaan digital atau hybrid library diharapkan menjadi pusat kegiatan akademik dan literasi santri.
Pimpinan PPWS Ngabar, KH. Heru Saiful Anwar, menyampaikan rasa syukur atas kehadiran Menag sekaligus perhatian pemerintah kepada pesantren. “Lebih dari 200 tenaga pendidik kami mendapatkan kesejahteraan melalui sertifikasi guru dan dosen dari Kementerian Agama. Ini bukti nyata dukungan negara kepada pesantren,” ungkapnya.
KH. Heru menambahkan, PPWS Ngabar telah melahirkan lebih dari 10.800 alumni yang kini berkiprah sebagai pendiri pesantren, politisi, maupun tokoh masyarakat.
“Pondok ini bukan hanya mendidik santri untuk ilmu dunia, tapi juga membuka pintu akhirat dengan falsafah hidup pondok: hidup sekali, hiduplah yang berarti,” ujarnya. Peresmian turut dihadiri Rektor UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo, Bupati Ponorogo, Direktur Pendidikan Tinggi Islam, Kepala Kanwil Kemenag Jawa Timur, Kepala Kankemenag se-Karisidenan Madiun, Ketua MUI Ponorogo, serta para rektor perguruan tinggi.