BACA JUGA:Apple Beri Kejutan! iPhone SE 4 Diprediksi Meluncur Pekan Depan
Elop, yang sebelumnya merupakan eksekutif di Microsoft, mengambil langkah drastis dengan memutuskan untuk meninggalkan Symbian dan mengadopsi Windows Phone sebagai sistem operasi utama Nokia.
Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, karena saat itu Android mulai mendominasi pasar.
Alih-alih memilih sistem operasi yang lebih populer dan fleksibel, Nokia justru beralih ke platform yang masih dalam tahap pengembangan dan memiliki keterbatasan besar.
Pidato Elop yang terkenal dengan istilah "platform terbakar" semakin memperburuk situasi.
BACA JUGA:7 Smartphone Canggih dengan Harga 1 Jutaan yang Bikin Tetangga Melongo
Alih-alih memotivasi, pernyataannya justru merusak reputasi Nokia dan mengurangi kepercayaan konsumen serta investor.
Transisi ke Windows Phone juga tidak berjalan mulus.
Sistem operasi ini memiliki keterbatasan teknis, kurangnya dukungan aplikasi, dan tidak menarik bagi pengguna yang sudah terbiasa dengan Android atau iOS. Akibatnya, produk Nokia berbasis Windows Phone gagal di pasaran.
Kemitraan Nokia dan Microsoft akhirnya berujung pada akuisisi divisi ponsel Nokia oleh Microsoft pada 2014 dengan nilai 7,2 miliar dolar.
BACA JUGA:Inilah Konsep Smartphone Impian MKBHD, Biaya Produksi Capai $23 Juta!
Namun, akuisisi ini tidak menyelamatkan bisnis ponsel Nokia.
Microsoft pun akhirnya menyerah dan menjual kembali divisi ini dengan harga murah.
Pada saat Elop meninggalkan Nokia, pangsa pasar perusahaan turun drastis dari 33% menjadi kurang dari 3%.
Keputusan Elop yang kontroversial diyakini sebagai faktor utama di balik kehancuran Nokia di industri ponsel.
BACA JUGA:Intip Kelebihan dan Kekurangan Smartphone Infinix Smart 9 HD