RADARLEBONG.BACAKORAN.CO- Indonesia kembali mendapat sorotan dunia, kali ini berkat buah asli Nusantara, sukun. Buah yang bernama Latin Artocarpus altilis ini dikenal luas sebagai "breadfruit" di dunia internasional.
Sejak ditemukan oleh penjelajah Eropa pada abad ke-17, sukun menarik perhatian karena keunikannya. Tak hanya lezat, buah ini juga disebut-sebut mampu menjadi solusi atas krisis pangan global.
Penjelajah Inggris William Dampier adalah orang Eropa pertama yang mencatat kehebatan sukun.
Dalam bukunya A New Voyage Round the World (1697), ia mendeskripsikan sukun sebagai buah yang mirip roti panggang setelah dipanggang, dengan rasa yang lezat dan kandungan nutrisi tinggi.
BACA JUGA:Makanan, Pendidikan, hingga Kesehatan Premium Akan Dikenai PPN 12% Mulai 2025
Bahkan, sukun disebut mampu mengatasi kelaparan dan penyakit seperti kudis. Tak hanya Dampier, ahli botani seperti Joseph Banks dan penulis Belanda Rumphius juga memuji potensi buah ini dalam berbagai catatan mereka.
Secara historis, sukun telah lama menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Nusantara. Relief di Candi Borobudur menggambarkan buah ini sebagai bahan makanan pokok.
Sukun yang mudah ditanam dan adaptif terhadap berbagai kondisi lingkungan, mulai diperkenalkan ke koloni Inggris pada abad ke-18 oleh James Cook dan Joseph Banks.
Kini, sukun telah menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Afrika dan Amerika Tengah, sebagai solusi pangan yang mudah diakses.
BACA JUGA:4 Manfaat Daun Pepaya, Jerawat Bakalan Ambyar
Dalam kajian modern, sukun dikategorikan sebagai superfood. Departemen Kesehatan Amerika Serikat mencatat kandungan vitamin C, potasium, magnesium, serta serat tinggi pada buah ini.
Selain itu, sukun rendah lemak dan gula, menjadikannya pilihan sehat untuk berbagai kalangan.
Dengan kemampuan bertahan di iklim ekstrem, cepat berbuah, dan minim perawatan, sukun disebut-sebut sebagai tanaman masa depan yang dapat membantu mengatasi ancaman krisis pangan akibat perubahan iklim.