"Berarti Anda ini bisa menghayati kehidupan orang miskin," kata saya.
"Bukan hanya menghayati. Saya bagian dari kemiskinan itu," jawabnya.
Andra pernah jadi TKI. Ilegal pula. Andra masuk Malaysia, katanya, lewat jalur tikus. Lalu bekerja secara gelap di Pahang.
Saat Andra SMA, Prabowo Subianto menjabat Danjen Kopassus. Gagah. Tegap. Tegas. Berwibawa.
Sosok Prabowo jadi kebanggaannya. Termasuk ketika Prabowo berhasil mengirim tim pendaki ke Mount Everest. Bendera Merah Putih berkibar di puncak gunung tertinggi di dunia itu.
Kebanggaannya pada sosok seperti Prabowo mungkin bermula saat Andra tidak pernah terpilih ikut baris-berbaris di sekolah.
"Badan saya pendek sekali," katanya.
Sepulang dari Malaysia, Andra membuka usaha: jasa pengiriman barang. "Barangnya TKI untuk seluruh Jawa," katanya.
Ketika Prabowo mendirikan partai, Andra mendaftar jadi anggota. Secara online. Lewat email. "Tidak pernah direspons," katanya lantas tertawa.
Di Pemilu 2014 Andra mendaftar sebagai caleg. Kali ini mendapat respons. Disetujui.
"Waktu itu Gerindra masih sulit cari caleg," katanya. Suara Gerindra pun, di Banten, naik dua kali lipat.
Pemilu berikutnya Andra maju lagi. Suara Gerindra naik drastis lagi. Andra terpilih lagi. Lantas jadi ketua DPRD provinsi Banten.
Di Pemilu barusan Andra kembali terpilih. Tapi ia mengundurkan diri. Ia dapat perintah langsung dari Prabowo untuk menjadi calon Gubernur Banten.
Andra sadar lawannya adalah Ratu Banten dari keluarga dedengkot Banten.
Airin, adalah keluarga Ratu Atut, Gubernur Banten yang sangat legendaris. Atut yang kemudian ditangkap KPK masih punya jaringan yang luas.
Karena itu Golkar sempat kebakaran jenggot ketika tiba-tiba PDI-Perjuangan memberikan rekomendasi kepada Airin. Apalagi Airin juga tidak keberatan kalau harus mengenakan jas merah –warna khas partai Banteng.