RADARLEBONG.BACAKORAN.CO- Penelitian terbaru mengungkap bahwa kobra raja, yang selama hampir dua abad dianggap sebagai satu spesies tunggal, sebenarnya terdiri dari empat spesies berbeda.
Studi ini, yang dipublikasikan dalam European Journal of Taxonomy pada 16 Oktober 2024, menyajikan penemuan berdasarkan analisis morfologi dan genetik dari 154 spesimen museum.
Temuan ini memberikan pencerahan dalam dunia herpetologi sekaligus menjadi langkah penting untuk konservasi spesies ini.
Empat Spesies Baru Kobra Raja
BACA JUGA:Pahami Fungsi Flex Mode di Galaxy Z Fold dan Z Flip, Solusi Cerdas untuk Multitasking
Penelitian yang mendetail mengidentifikasi empat spesies baru, yaitu Kobra Raja Utara (Ophiophagus hannah), Kobra Raja Sunda (Ophiophagus bungarus), Kobra Raja Ghats Barat (Ophiophagus kaalinga), dan Kobra Raja Luzon (Ophiophagus salvatana).
Setiap spesies memiliki karakteristik yang berbeda sesuai wilayahnya. Misalnya, Kobra Raja Utara yang tersebar di sub-Himalaya, India timur, Myanmar, dan Indochina, memiliki pola warna kuning bergaris gelap. Sementara itu, Kobra Raja Luzon yang hidup di Filipina menunjukkan pola garis tubuh yang sangat tajam.
Asal Usul dan Sejarah Penemuan
Sebelumnya, kobra raja dikenal dengan nama ilmiah Ophiophagus hannah. Namun, para ilmuwan mengamati variasi signifikan dalam warna dan karakteristik fisik di berbagai wilayah Asia, sehingga memicu penelitian lanjutan.
BACA JUGA:Marvel’s Spider-Man 2 di PS5 Pro, Apakah Peningkatannya Terlihat?
Hasil studi sebelumnya pada tahun 2021 juga sempat mengindikasikan adanya perbedaan genetik, yang kini diperkuat dengan penelitian terbaru ini.
Identifikasi yang akurat sangat penting untuk memahami taksonomi ular ini, terutama dalam mengatasi kesalahpahaman yang telah berlangsung selama 188 tahun.
Implikasi Bagi Konservasi dan Pengembangan Antivenom
Temuan ini tidak hanya berpengaruh pada taksonomi kobra raja, tetapi juga menjadi landasan penting bagi konservasi. Setiap spesies membutuhkan pendekatan perlindungan yang sesuai dengan habitatnya, terutama menghadapi ancaman perubahan iklim dan perusakan habitat.
Selain itu, variasi dalam racun antarkobra raja membuka peluang untuk mengembangkan antivenom yang lebih efektif dan spesifik bagi setiap spesies.