RADARLEBONG.BACAKORAN.CO - Tupperware Brands saat ini berada di ambang kebangkrutan, dengan rencana untuk mengajukan permohonan pada akhir minggu ini.
Perusahaan yang dikenal dengan wadah penyimpanan plastiknya ini menghadapi situasi yang sangat serius setelah bertahun-tahun berjuang untuk memulihkan bisnis yang terus mengalami penurunan.
Masalah utama perusahaan adalah utang yang mencapai lebih dari $700 juta, yang belum dapat teratasi meskipun telah mendapatkan kelonggaran dari pemberi pinjaman.
Kondisi keuangan Tupperware semakin memburuk seiring dengan penurunan penjualan yang signifikan.
BACA JUGA:10 Strategi Digital Marketing yang Efektif, UMKM Wajib Tahu
Penurunan ini dipicu oleh perubahan preferensi konsumen yang lebih memilih produk rumah tangga modern, serta persaingan yang semakin ketat dari merek lain yang menawarkan harga lebih rendah.
Tupperware juga mengalami kesulitan dalam berinovasi dan menyesuaikan diri dengan tren pasar terbaru, yang menyebabkan kehilangan pelanggan setia dan mengurangi daya tarik produknya.
Pada bulan Juni, Tupperware mengumumkan rencana untuk menutup fasilitas manufaktur terakhir di Amerika Serikat pada Januari 2025 dan memutuskan hubungan kerja dengan lebih dari 140 karyawan.
Pengumuman ini berdampak besar pada pasar, dengan saham perusahaan mengalami penurunan tajam sekitar 57% pada perdagangan setelah jam kerja.
Hal ini mencerminkan kepercayaan investor yang semakin menurun terhadap masa depan perusahaan.
BACA JUGA:IPW Desak Irwasum Komjen Dofiri Periksa Kapolda Sulsel Irjen Andi Rian
Tupperware juga menghadapi masalah administratif, termasuk keterlambatan dalam mengajukan laporan tahunan yang bisa mengakibatkan penghapusan perusahaan dari pasar saham.
Perusahaan ini sedang mempertimbangkan langkah-langkah drastis seperti PHK dan penjualan portofolio real estat untuk mengurangi pengeluaran dan mencoba memperbaiki situasi keuangannya.
Dengan latar belakang yang semakin suram, masa depan Tupperware Brands tampak semakin tidak pasti.