Melihat kepintarannya itu sudah ada yang akan membiayai Muammar ke Leiden.
Muammar termasuk yang percaya bahwa Zubir mendapat wahyu perdamaian itu. Itu dilihat dari usahanya tidak henti selama 24 tahun. Untuk apa. Ia tidak perlu apa-apa.
Sebagai sufi Zubir tidak memikirkan duniawi. Ia tidak punya mobil. Hidupnya untuk tarekat. Bahkan ia pernah jadi tukang becak di Medan --dengan ijazah sarjana fisika.
Saya pun tertegun. Saya kan orang Melayu juga.(Dahlan Iskan)
Kategori :