Makna Tersembunyi dari Tarian Kuda Lumping
Makna Tersembunyi dari Tarian Kuda Lumping-foto :tangkapan layar-
RADARLEBONG.BACAKORAN.CO- Tari Kuda Lumping adalah seni tari tradisional yang memanfaatkan properti berupa kuda tiruan dari anyaman bambu.
Penari yang tampil dalam pertunjukan ini biasanya memiliki kekuatan gaib.
Tari ini sering diiringi oleh alat musik tradisional seperti gong, kenong, dan kendang, dan dikenal dengan berbagai sebutan di setiap daerah, seperti Jaranan Buto di Jawa Barat, Jaran Kepang di Surabaya, dan Jaranan Sanghyang di Bali.
Tari Kuda Lumping telah ada sejak zaman kerajaan Hindu dan berfungsi sebagai sarana penting dalam upacara spiritual serta komunikasi dengan arwah leluhur.
BACA JUGA:Legenda Nusantara: Kisah Asal-Usul Kuda Lumping
Tarian ini mengandung elemen magis yang kuat. Salah satu aspek yang mencuri perhatian adalah ketika penari mengalami kerasukan roh yang diyakini sebagai arwah nenek moyang.
Dalam keadaan ini, penari dapat menunjukkan kemampuan luar biasa, seperti kebal terhadap pukulan, beling, atau benda tajam.
Kerasukan roh ini sering dianggap sebagai manifestasi kekuatan gaib yang melampaui batas nalar manusia, menambah kekaguman penonton.
Di Ponorogo, misalnya, kehadiran roh dalam pertunjukan ditandai dengan perubahan sikap penari menjadi lebih beringas.
BACA JUGA:Apakah Penyebab Kerasukan Jin terjadi Akibat Kelalaian Ibadah? Simak Penjelasannya
Perbedaan antara Warok dan Gemblakan, yang masing-masing melambangkan sifat baik dan buruk, menggambarkan dualitas sifat manusia.
Warok melambangkan sifat sabar dan rendah diri, sementara Gemblakan menggambarkan sifat sombong dan egois.
Ini mencerminkan keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat sifat baik dan jahat yang harus diimbangi.
Kuda Lumping mengajarkan pentingnya berusaha menjadi sebaik-baiknya manusia melalui kerja keras dan keyakinan pada kekuatan yang lebih tinggi.