Sun Dermawan

--
Di tangan generasi kedua, Sun Paper Source terus berkembang. Kemarin itu peresmian pabrik barunya --entah pabrik yang keberapa. Suparsono (82) dan istri (75) hadir. Masih segar dan sehat. Masih bisa melihat sukses anaknya. Lindratini justru kelihatan lebih muda dari lima tahun lalu.
Keduanya banyak senyum dalam ikut menyambut para tamu, termasuk Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Terlihatlah kebanggaan dan kebahagiaan menyaksikan kiprah sukses anak laki-lakinya.
"Hari ini kita seperti berada di dunia yang berbeda," ujar Gubernur Khofifah. Maksudnyi, di saat ada anggapan ekonomi lagi lesu dan sulit, ada sebuah perusahaan yang justru ekspansi dan berkembang pesat. Bahkan ekspornya pun terus meningkat.
Salah satu ekspornya yang besar adalah ke Jepang. Ini berarti satu kepercayaan yang tinggi pada Sun Paper Source. Anda sudah tahu: Jepang hanya mau menerima barang dalam kualitas yang tinggi. Berarti kualitas tisu produksi Dermawan ini sangat tinggi.
"Sejak bisa ekspor ke Jepang kami belajar banyak dari Jepang," ujar salah seorang direksinya. Pabriknya pun dibuat sangat bersih dan steril. Setiap pengunjung harus melewati ruang sterilisasi. Lantainya harus dilapisi epoksi. Pun di gudangnya.
Ekspornya ke Amerika juga meningkat.
"Tidak terpengaruh oleh kenaikan tarif bea masuk Presiden Donald Trump?"
"Tidak," ujar Dermawan. "Justru peluang kami lebih besar," katanya.
Maksudnya: ia tidak perlu lagi bersaing dengan tisu produk Tiongkok. Yakni sejak barang Tiongkok dikenakan tarif masuk ke Amerika lebih 50 persen.
Tentu usaha Dermawan tidak lagi hanya di bisnis tisu. Ia sudah masuk ke industri bata ringan. Pabriknya sudah di lima atau enam lokasi. Masuk pula ke bisnis granit tile. Di Subang.
Di tengah banyaknya kesulitan ternyata tetap saja ada bisnis yang bisa berkembang. Itulah misteri bisnis. Mengeluh juga penting tapi lebih banyak memikirkan peluang baru akan menghilangkan kesempatan untuk mengeluh. (Dahlan Iskan)