Nabi Baru

Catatan Dahlan Iskan -foto :disway.id-

Cara duduk seperti itu ada maksudnya: untuk mengenang kejadian ketika ia dan pengikutnya ditahan di penjara di Makkah. Tangan dan kakinya diborgol. Waktu salat pun borgol tidak dibuka.

Selama di penjara ia salat tanpa bisa melakukan posisi duduk tahiat dengan semestinya. Tahiat adalah satu gerakan bersimpuh dalam salat. Borgol di kakinya menghalanginya untuk bertahiat dengan benar.

Hampir sebulan nabi Muhammad berada di penjara. Dengan selalu duduk seperti itu. Demikian juga 10 orang yang menyertainya. Mereka dipenjara di tempat yang terpisah.

Sepuluh orang itu ditangkap saat melakukan deklarasi kenabian di dekat Kakbah. Sebetulnya 11 orang. Yang satu berhasil lolos –dengan cara melepas seragam. Membaur dengan jemaah umrah dari berbagai negara. Jabir sendiri yang memintanya kabur. Agar dokumentasi yang sudah dibuat tidak terampas.

Sebenarnya 12 orang yang berangkat ke Makkah. Yang seorang, wanita, sedang datang bulan. Tidak ikut ke Masjidilharam. Mereka semua baru sekali itu ke Makkah.

Itu tahun 2015.

Di tahun itu terjadi perbedaan Hari Raya Idulfitri. Makkah beridulfitri sehari sebelum Indonesia. Sehari kemudian 11 orang dari Medan itu melakukan salat Idul Fitri sendiri. Di dekat Kakbah. Sekalian deklarasi kenabian Muhammad.

Pagi itu mereka salat subuh di hotel –di kawasan Misfalah. Selesai salat subuh mereka mengenakan pakaian khusus. Bagian dalamnya gamis putih. Luarnya: jas panjang model Bung Karno. Warna hitam. Penutup kepalanya tanjak model serban yang tengahnya lancip ke atas –mirip yang biasa dikenakan tuan guru Basilam di Langkat. Disebut juga serban gaya Annazir.

Di Makkah, kelompok deklarasi ini mencolok sekali. Terutama dibandingkan orang-orang lain yang memasuki Masjidilharam.

Sampai di dalam masjid, mereka melakukan tawaf –mengelilingi Kakbah tujuh kali. Berkelompok. Hitam semua. Necis dan rapi semua. Keren. Matahari belum terbit.

Saat tawaf, 11 orang tersebut membentuk satu lingkaran. Jabir di tengah. Bacaan doa tawaf dikumandangkan keras-keras. Sambil mengelilingi Kakbah. Setiap satu bacaan doa diselingi satu bacaan yang membuat pelaku tawaf lainnya terkesima. Bacaan tambahan itu bunyinya begini: "Qod ja-a imamul muslimin ... wa hua Al Mahdi Al Muntadhor... Ismuha Al Jabir". Artinya Anda sudah tahu: telah datang pemimpin untuk orang Islam seluruh dunia, Al Mahdi, Al Muntadhor, dan ia itu bernama Al Jabir.

Itu diucapkan terus menerus sambil mengelilingi Kakbah di sela-sela doa tawaf.

Masih ada satu bacaan yang juga dikumandangkan seirama dengan doa tawaf: "Qod ja-a rosulun min anfusikum ... wa  hua Al Mahdi, Al Muntadhor, wa  ismuha Al Jabir..". Artinya lebih tegas. Soal kerasulan Al Jabir: "Telah datang rasul dari golongan kamu sendiri... Al Mahdi, Al Muntadhor, dan nama rasul itu adalah Al Jabir".

Sampai selesai mengelilingi Kakbah, tujuh kali, mereka aman.  Matahari sudah terbit. Mereka mencari tempat untuk melaksanakan salat Idulfitri. Mereka pilih lokasi antara Hajar Aswad (pojokan Kakbah yang berbatu hitam) dengan makam Ibrahim. Nabi Muhammad yang jadi imam. Salat dua rakaat pun selesai. Aman. Tapi polisi Masjidilharam mulai memperhatikan mereka. Antara lain karena arus orang tawaf mulai tersendat di situ.

Usai jadi imam, nabi Muhammad bangkit. Meraih tongkat. Mereka membawa tongkat itu dari Medan. Muhammad pun mulai khotbah. Di situlah ia mendeklarasikan sebagai rasul dan nabi. Lengkap dengan argumentasi ayat-ayat Qurannnya. Dan suara lantangnya. Termasuk saat menyerukan "Ud 'u ni" –jadilah pengikutku. Itu diucapkan dalam bahasa Arab, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan