Film 'Seribu Bayang Purnama' Mengangkat Problematika Nyata Para Petani

Film Seribu Bayang Purnama akan tayang serentak di jaringan bioskop nasional mulai tanggal 3 Juli 2025 seperti XXI, CGV,CINEPOLIS dan SAM’S STUDIO.-foto: net-

Didukung alur cerita dan penokohan yang kuat, melalui skenario yang ditulis oleh Swastika Nohara, yang pernah meraih dua Piala Maya untuk kategori Penulis Skenario Terpilih serta nominasi sebagai penulis skenario terbaik pada ajang bergengsi FFI 2014.

Film Seribu Bayang Purnama akan tayang serentak mulai 3 Juli 2025 di jaringan bioskop nasional.

Sinopsis Seribu Bayang Purnama

Tokoh utama dari film ini adalah Putro Hari Purnomo (Marthino Lio) seorang pemuda yang kembali ke desanya setelah mengejar cita-cita di kota dan merupakan anak dari seorang petani bernama Budi (Nugie).

Putro bertekad memulai hidup baru di desa menggunakan metode pertanian alami warisan sang ayah. Putro gigih mengajak warga desa lain menggunakan metode alami karena terbukti bisa membantu petani mengurangi biaya produksi dan meningkatkan hasil panen.

Namun niat baik Putro tidak berjalan mulus. Ia mendapat tentangan dari saingan lama keluarganya di desa. Keluarga ini bahkan menantangnya dalam kompetisi pertanian bergengsi, berebut pengaruh dalam masyarakat.

Saat Putro berjuang untuk membuktikan nilai pertanian alami yang berkelanjutan, perjalanannya menjadi lebih rumit ketika ia menaruh hati pada sosok Ratih (Givina), pemilik toko pupuk dan pestisida pabrikan yang juga anak dari keluarga rivalnya.

Berada dalam kondisi yang menimbulkan gejolak batin Putro terus berjuang untuk membawa perubahan bagi masyarakat sambil menghadapi konflik pribadi dan sosial.

Tekadnya untuk memperbaiki kehidupan orang-orang disekitarnya mendapat ujian berat. Tokoh-tokoh utama film ini dipercayakan kepada beberapa nama pemeran yang memiliki karakter atau personifikasi kuat seperti Marthino Lio, Givina, Whani Darmawan, Aksara Dena serta Nugie.

“Pesan lain yang ingin disampaikan adalah bumi pertiwi ini butuh sebuah cara, yaitu pertanian yang alami agar terus bisa memberikan hasil bumi terbaik. Selain itu diharapkan juga banyak generasi muda yang mulai tertarik untuk bertani karena bertani juga sebuah pilihan hidup, bukan sebuah keterdesakan hidup seperti yang selama ini terjadi.” ujar Yahdi.

Film Seribu Bayang Purnama ini juga didedikasikan bagi para petani yang memberikan kontribusi besar bagi bangsa Indonesia. Bahkan seluruh keuntungan tiket film ini nantinya akan digunakan sepenuhnya untuk menjalankan program pemberdayaan petani.

Metode pertanian alami yang digunakan pada film ini, pada praktiknya bisa diterapkan secara langsung karena minim biaya produksi sehingga bisa menambah penghasilan petani.

Selain itu, dengan menggunakan metode pertanian alami, maka hasil pertanian yang dihasilkan akan menjadi lebih sehat untuk dikonsumsi.

“Pesan utama yang kami coba sampaikan melalui film ini adalah ketahanan pangan merupakan salah satu kunci bagi kedaulatan negara Indonesia,” ujar Yahdi.

Untuk diketahui, Film Seribu Bayang Purnama dikemas secara ringan untuk memberikan sarana edukasi dan juga alternatif untuk memahami pentingnya bidang pertanian bagi bangsa Indonesia.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan