Berkah Dermawan

catatan dahlan iskan-foto :disway.id-
Ganti saya yang tidak mau. Di Amerika satu bulan terlalu lama. Ingin tapi tidak mau.
Saya lagi asyik-asyiknya membangun Jawa Pos. Saya tidak berani meninggalkan ''bayi'' saya lama-lama. Akhirnya terjadi kompromi: saya harus mengurangi daftar itu.
Tentu saya tahu Amerika itu negara besar. Saya dengar begitu. Tapi saya kan belum pernah melihat sendiri. Begitu sampai di Amerika saya tertegun: negara ini memang negara besar sekali. Makanya perlu satu bulan untuk menjangkau daftar yang saya inginkan.
Salah satu yang membuat saya heran: kok jarang ada mobil yang pintunya empat. Hampir semua mobil pintunya dua. Pun mobil-mobil sedan yang besar. Dan memang mobil-mobil di jalanan didominasi yang ukurannya besar-besar. Jarang ada mobil kecil. Memang masih sulit melihat mobil buatan Jepang –pelopor mobil kecil. Yang banyak mobil Amerika sendiri. Atau mobil Eropa.
Itulah masa-masa kejayaan Amerika. Rasanya Trump punya kenangan tersendiri atas masa-masa jaya itu. Kulit putih masih dominan di mana-mana. Bisnis minyak adalah sumber terbentuknya orang kaya dalam jumlah besar.
Rasanya Trump memimpikan masa-masa itu bisa kembali. Makanya ia tidak setuju ada mobil listrik. Mobil buatan Amerika harus kembali jadi raja.
Saya masih sulit menebak: keinginan kembali ke era minyak bumi itu apa? Apakah bisa disebut pemikiran futuristik Trump atau hanya romantisme masa lalu Trump?
Padahal zaman sudah berubah. Kini mobil kecil sudah merajai jalan-jalan raya Amerika. Mobil Amerika sendiri sudah banyak yang meniru ukuran mobil Jepang.
Mobil empat pintu kini sudah sangat dominan. Bahkan sulit menemukan mobil dua pintu di jalan-jalan raya.
Saya sendiri pulang dari Amerika membawa begitu banyak ide. Tapi itu untuk kepentingan saya dan Jawa Pos. Bukan kepentingan Amerika.
Berdirinya koran-koran daerah yang begitu banyak di tangan saya adalah ide dari Amerika. Jiplak. Di sana setiap kota punya koran sendiri. Di Indonesia, saat itu, koran pusat yang dominan.
Kini Anda tidak akan bisa lagi mendapat program kedermawanan Amerika seperti itu. Trump sudah mengakhirinya.
Tentu saya tahu: Amerika ingin ekspor sistem demokrasi. Mereka berharap anak-anak muda yang pulang dari Amerika menjadi pejuang demokrasi.
Setidaknya Amerika, lewat program itu, bisa membendung meluasnya komunisme. Trump tidak peduli lagi dengan dua tujuan bantuan tersebut.
Tentu pengaruh Amerika di seluruh dunia akan berkurang. Itu akan mempercepat kian meluasnya peran Tiongkok. Di Afrika itu sudah terjadi. Trump tidak peduli.