Fufu Papa

Fufu Papa-foto :disway.id-

Ketika posisi pesawat di atas Palembang saya terbangun. Ingat pertanyaan itu lagi. Kenapa. Rasanya memang sudah agak lama saya tidak mau menunggangi arus. Tidak ikut isu yang lagi heboh-heboh di medsos. Terutama sejak medsos lebih seru di seputar politik pemilu dan pilpres.

Saya akan selalu ingat: beberapa perusuh Disway minta saya tidak usah ikut bahas politik. Membosankan. Itu-itu saja. Berisiko. Biarlah itu bagian medsos. 

Maka ketika orang heboh gemoy saya menulis ladang minyak di pedalaman Texas. Medsos heboh cawe-cawe, Disway menulis kelenteng di Semarang. Ketika ramai Fufufafa, Disway menulis Agama GPT.

Saya menyadari sepenuhnya medsos sulit dilawan. Pun ketika asumsi yang dipakai di medsos kadang sangat lemah. Sering juga tercium ada agenda politik-kepentingan di baliknya.

Tapi Fufufafa memang penuh persoalan. Ada kebenaran yang harus diungkapkan. Ada agenda politik kepentingan. Bahkan, seperti kata seorang tokoh yang dekat Jokowi-Prabowo, ada yang memanfaatkannya untuk adu domba.

Saya sendiri melihat sebenarnya ini persoalan kejujuran –kalau di politik Amerika Serikat itu penting. Kesalahan begitu besar yang dilakukan oleh Presiden Clinton dimaafkan di sana.

Itu hanya karena Clinton jujur mengakui soal hubungannya dengan gadis Lewinsky.

Dari sisi isi, Fufufafa sebenarnya tidak begitu berat –untuk ukuran politik Amerika. Isi Fufufafa menjelekkan Prabowo Subianto dan merendahkan anaknya. 

Sebenarnya pemilik akun Fufufafa bisa langsung buka dada: itu memang akun saya. Saat itu umur saya sekian tahun.

Suasana saat itu lagi panas: ayah saya lagi bersaing keras untuk jabatan presiden. Wajar kalau saya terpancing membela papa saya.

Lalu minta maaf kepada Prabowo. Secara pribadi. Terbuka. Tinggal Prabowo bagaimana. Memaafkan atau tidak.

Kalau saya jadi Prabowo akan saya maafkan. Anggap saja itu bumbu-bumbu pedas menjelang pemilu. Apalagi, setelah itu, papanya mau menggandeng Prabowo yang dikalahkannya. Dijadikan menteri pertahanan.

Bahkan kelak, di Pilpres awal 2024, papanya mempertaruhkan segala-galanya agar Prabowo jadi presiden. Pun sampai bersitegang dengan partainya sendiri beserta ketua umumnya.

Seandainya saya Prabowo, saya akan menganggap itu keusilan seorang yang baru gede yang terlalu bangga pada ayahnya. Banyak anak belum matang akan seperti itu. Yang penting bagaimana setelahnya.

Selesai. Mestinya. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan