No Day
Catatan Dahlan Iskan No Day-foto :disway.id-
Ia ingin anak lakinya itu jadi pemain sepak bola yang terkenal. Apalagi anak keempatnya ternyata wanita lagi.
Di pinggir sungai Kapuas itu tertancap tonggak kayu. Tinggi. Terlihat dari teras rumahnya. Tonggak itu diperlukan untuk mengikat kapal-kapal kayu. Sungai Kapuas adalah sungai terlebar di Indonesia. Kapal-kapal hilir mudik membawa barang dan orang.
Bagi Veddriq-kecil, tonggak itu untuk dipanjat. Setelah sampai atas ia bisa terjun ke sungai. Ia harus cepat-cepat memanjat kayu itu lagi. Sebelum anak yang lain mengambil alih. Itulah permainan Veddriq-kecil bersama teman-temannya di Gang Harapan.
Sang ayah bercerita: Veddriq-kecil suka memanjat apa saja. Saat mulai bisa berjalan, semua meja kursi di rumah itu dipanjat. Ia lebih suka berjalan di atas sandaran kursi daripada di lantai.
Setelah agak besar Veddriq suka memanjat pohon. Yang paling ia suka adalah memanjat pohon jengkol di depan rumahnya. Pohonnya besar. Tinggi. Pohon itu kini tidak ada lagi. Ditebang. Yakni saat di sebelah ruang tamu harus dibangun kamar tidur.
Di kamar depan bekas pohon jengkol itulah Sumaryanto dan istri tidur. Kamar di belakang ruang tamu untuk Veddriq. Kamar lainnya untuk kakak dan adik Veddriq.
Rumah itu mirip ukuran tipe 70. Tiga kamar tidur. Dapurnya di bagian belakang. Kursi-kursi di ruang tamu semua kursi kayu berukir.
Saya pun melongok ke kamar Veddriq. Tidak ada ranjang. Kasur besarnya dihampar di pojok lantai. Ada meja. Ada lemari. Di atas meja penuh buku. Di atas lemari juga penuh buku.
Saya ingin tahu buku apa saja yang dibaca Veddriq. Saya kaget. Ternyata buku-buku berat: filsafat, matematika, tokoh besar dunia di bidang bisnis, buku motivasi kelas internasional, dan buku pedoman hidup. Juga ada buku agama.
Lihatlah judul-judul buku di foto yang menyertai tulisan ini. Saya jejer sebagian kecil buku itu di meja. Nicky Yusanda, salah seorang instruktur senam kami, memotretnya untuk Anda.
Veddriq tidak hanya suka membaca. Ia juga suka menulis. Puisi. Cerita pendek. Pengalaman perjalanan.
Salah satu cerpennya masuk dalam kompilasi buku cerpen siswa SMA. Kumpulan cerpen itu sudah diterbitkan oleh penerbit Erlangga
Jakarta. Maka tahulah Anda mengapa ada karangan bunga Erlangga di teras rumah Sumaryanto.
Guru olahraga SMA Veddriq-lah yang melihat kecepatan siswanya itu saat memanjat pohon. Sang guru lantas memotivasi Veddriq untuk belajar panjat tebing.
Veddriq sangat menyukai olahraga satu itu. Sampai akhirnya panjat tebing menjadi olahraga prestasi baginya. Bagi nama besarnya. Bagi keharuman SMAN 6, sekolah Veddriq. Bagi Pontianak. Bagi Kalbar. Dan akhirnya bagi Indonesia.