Tabiat Helena yang amat obral pamer kekayaan adalah sasaran empuk untuk memperoleh pengakuan. Siapa pun yang pernah berhubungan dengan Helena kini tentu ingin bertemu dia: minta agar nama mereka diselamatkan dari berkas perkara.
Mungkin jaksa lebih sulit mendapat pengakuan dari Moeis dari pada dari Helena. Karena itu penahanannya sangat khusus.
Apalagi Moeis-lah ''tangga'' terpenting untuk mencapai sasaran lebih tinggi lagi.
Moeis bisa saja mengunci mulut lebih rapat dari pintu kamar tahanannya. Apalagi soal kaitannya dengan RBT alias RBS.
RBT (atau RBS) memang sudah diperiksa kejaksaan agung. Dua hari lalu. Saat saya masih di Chaozhou, pinggiran utara Guangdong.
Menurut media RBS diperiksa di kejaksaan agung sampai 13 jam. Tapi tidak ada berita bahwa RBS langsung ditahan.
Di medsos beredar luas bahwa RBS adalah pemilik sebenarnya PT RBT. Perusahaan inilah yang bekerja sama dengan BUMN PT Timah di Bangka.
Tapi RBS selalu menolak rumor itu. Tidak ada bukti. Di akta perusahaan PT RBT dia tidak tercatat sebagai pemegang saham. Juga bukan komisaris. Apalagi direksi. Namanya, secara hukum, bersih dari kaitan dengan perusahaan.
Maka Moeis adalah orang yang akan menentukan apakah PT RBT memang benar-benar miliknya sendiri. Bukan milik seorang proxy.
Kalau Moeis berani ''mati sendirian'' seperti itu kejaksaan akan sulit. Harus bekerja lebih keras. Agar Moeis jangan mau mati sendirian.
Ada tokoh yang akan terus memata-matai kasus ini. Agar jangan berhenti di tengah jalan.
Ia adalah Boyamin Saiman. Boyamin akan terus mengawasi dari dekat. Anda sudah tahu Boyamin. Asal Solo. Pejuang dari Solo. Ia seorang pengacara yang berhasil membina anak sulungnya memenangkan gugatan di MK: soal umur calon Wapres. Yang membuat Gibran bisa maju sebagai Cawapres.
Boyamin sudah menyomasi kejaksaan agung: agar perkara korupsi timah tidak berhenti di tengah jalan.
Saya sudah komunikasi panjang dengan Boyamin. Jarak jauh. Belum bisa saya tulis hari ini. Toh Disway diharapkan masih akan terbit lagi besok pagi. (DAHLAN ISKAN)