Satu Triliun

Kamis 20 Nov 2025 - 22:00 WIB

Prof Asep (asli Pandeglang, Banten), alumnus pondok modern Gontor Ponorogo. Lalu masuk IAIN Syahid: jurusan perbandingan mazhab. S-2-nya di McGill, Kanada. Sedang doktor bahasa Arab dan filologinya di Leipzig, Jerman.

Prof Asep mungkin bukan pemikir keagamaan tingkat tinggi seperti beberapa rektor Syahida sebelumnya --Prof Harun Nasution, Prof Azyumardi Azra, Prof Komarudin Hidayat. Tapi ia bertekad bisa membawa UIN Syahida ke jenjang PTNBH.

Menurut Prof Asep ada tiga UIN yang bisa berangkat bersama-sama ke PTNBH --bersama UIN Sunan Ampel Surabaya dan UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang. Tantangannya hanya satu: bisa dianggap terlalu komersial. Maka UIN Syahida lagi merumuskan bagaimana membuat aspek ibadah dan bisnis bisa seimbang.

Tapi itu dialami tidak hanya oleh UIN. Semua lembaga pendidikan Islam menghadapi tantangan serupa. Pun di lembaga pendidikan Kristen. Tapi realitas di masyarakat memang sudah berubah. Sekolah yang mahal justru dikejar --dengan alasan mutu. Mereka punya cukup biaya untuk meningkatkan kualitas fisik, mutu pendidikannya sampai ke mampu mengadakan guru terbaik.

"Banyak sekolah Islam yang karena diniatkan ibadah tidak berani menarik biaya tinggi. Akibatnya niat ibadah itu jatuh ke dosa: gurunya menderita," kata orang yang Anda bisa menduga siapa yang mengucapkan itu.

Menyeimbangkan ibadah dan bisnis memang tetap harus diupayakan. Kalau perlu dengan  menetapkan persentase tertentu dari hasil ”bisnisnya” untuk beasiswa: khusus bagi pendidikan keluarga miskin. Kuliah gratis.

Realitasnya pergeseran sudah  terjadi antara jurusan ”dunia” dan prodi ”jurusan akhirat”. Mahasiswa UIN jurusan duniawi kian menggeser jumlah mahasiswa jurusan ukhrowi. Yang terakhir itu kian didominasi mahasiswa dari kalangan kurang mampu dari daerah-daerah. Sedang mahasiswa dari perkotaan kian memilih prodi non agama.

Saya harus mengakhiri diskusi intens pagi itu. Ada jadwal berikutnya: bertemu Menteri Pertahanan Jenderal Sjafrie Syamsuddin. Dari Ciputat ke Merdeka Barat tidaklah bisa diprediksi seperti hitungan prodi matematika. Rencana makan pagi pun batal. Untung saya masih menyimpan singkong rebus beberapa potong.(Dahlan Iskan) 

 

Kategori :

Terkait

Kamis 25 Dec 2025 - 21:57 WIB

Natal Dairi

Rabu 24 Dec 2025 - 22:10 WIB

Tetap Perawan

Senin 22 Dec 2025 - 22:13 WIB

Tambang Triliun

Minggu 21 Dec 2025 - 22:15 WIB

Puisi Ayah

Sabtu 20 Dec 2025 - 21:44 WIB

Peak Halimun